Akankah zaman es kembali terjadi di tahun 2030?

Ilustrasi zaman es © 2015 YouTube
Techno.id - Ada sebuah temuan menarik sekaligus mengejutkan dalam konferensi National Astronomy yang digelar awal Juli lalu di Llandudno, Wales. Temuan tersebut diungkapkan oleh seorang profesor bernama Valentina Zharkova, yang mengatakan bahwa bumi akan kembali menghadapi zaman es di tahun 2030 mendatang.
Seperti dikutip Daily Mail (10/07/2015), temuan tersebut mengatakan bahwa matahari akan mengalami siklus yang tak teratur selama 11 tahun, yakni antara tahun 2030 hingga 2040. Di siklus tersebut, aktivitas matahari akan menurun hingga 60 persen dan berpotensi menyebabkan lahirnya 'zaman es kecil' di bumi.
- Heboh kabar Bumi akan alami kegelapan selama 3 hari jelang Lebaran, begini penjelasan pakar astronomi Baru-baru ini beredar di media sosial yang menyebutkan jika Bumi akan mengalami kegelapan mulai tanggal 8 April 2024.
- Bumi bakal "kedatangan" fenomena gerhana matahari pada 13 September Fenomena gerhana matahari yang akan terjadi pada akhir minggu ini merupakan fenomena gerhana matahari parsial.
- Bumi akan gelap bertahun-tahun jika hal ini terjadi, ngeri banget! Ini berhubungan dengan pergeseran kutub Bumi.
Temuan mengejutkan profesor Zharkova ini bukan berarti tak berdasar. Pasalnya, ia dan timnya telah mempelajari kondisi serupa yang sudah pernah dialami bumi sekitar 370 tahun yang lalu, tepatnya antara tahun 1645 hingga 1715. Fenomena pasifnya matahari kala itu (yang menyebabkan bumi menghadapi zaman es) dinamakan 'Maunder Minimum'.
Hingga pada akhirnya di tahun 1843 kemudian, para ilmuwan dunia untuk yang pertama kalinya berhasil menemukan pola aktivitas matahari saat berada di siklus yang bervariasi (tak beraturan). Siklus ini pun akhirnya diketahui berkisar selama 10 hingga 12 tahun lamanya.
Dari sejarah tersebut, sang profesor menjelaskan bahwa fenomena Maunder Minimum terjadi karena tidak teraturnya pola pergerakan gelombang magnetik di dua lapisan dalam matahari antara belahan bagian utara dan selatan. Dampaknya, matahari tidak dapat menghasilkan energi cahaya seperti layaknya saat beraktivitas normal.
"Jika kedua gelombang tersebut digabungkan dan dibandingkan dengan data sesungguhnya dari siklus matahari, kami menemukan bahwa prediksi kami akurat 97 persen," ujar profesor Zharkova.
RECOMMENDED ARTICLE
HOW TO
-
Cara pakai Google Maps tanpa internet, tetap bisa jalan walau koneksi hilang tak berjejak
-
Cara terbaru mengetahui siapa yang menggunakan WiFi kita tanpa izin dan memblokirnya
-
Cara menerjemahkan chat WhatsApp pakai AI langsung di aplikasinya, gampang dan tak ribet
-
Cara terbaru merekam layar Macbook tanpa aplikasi tambahan, ringan dan tak bikin lemot
-
Cara terbaru kalibrasi warna monitor secara manual untuk desain grafis, ternyata gampang dan mudah
TECHPEDIA
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini