Deteksi penyakit dari alat pengendus milik anjing

Deteksi penyakit dari alat pengendus milik anjing

Techno.id - Sejak dilahirkan, anjing sudah memiliki beberapa kelebihan di antaranya indera penciuman yang tajam, naluri sebagai penjaga, kecepatan berlari, dan masih banyak lagi. Namun, dari semua kelebihan tersebut yang paling menonjol adalah kemampuan anjing dalam mencium sesuatu. Sistem indera penciuman anjing lebih kompleks ketimbang manusia. Ketika manusia hanya memiliki lima juta reseptor aroma di hidung, anjing memiliki sekitar 200 juta reseptor. Oleh karenanya, tim peneliti dari University of Adelaide begitu terinspirasi dengan kemampuan hidung anjing dan ingin menjadikannya alat pendeteksi penyakit.

Para peneliti mengembangkan sebuah instrumen laser yang dapat menyaring sampel napas manusia mirip penciuman anjing. Mereka menggunakan teknik dan laser khusus yang disebut dengan optical spectroscopy. Alat ini disinyalir mampu mengetahui sampai satu juta frekuensi cahaya yang berbeda melalui sampel gas. Molekul yang terkandung dalam gas akan menyerap cahaya pada frekuensi yang berbeda dan mampu menghasilkan sidik jari molekul yang unik untuk masing-masing sampel, seperti yang dikutip dari Gizmag (8/7/15).

Nah, perbedaan pembacaan molekul tadi yang dimanfaatkan para peneliti untuk mendeteksi suatu penyakit seperti diabetes, infeksi pernapasan, dan beberapa jenis kanker. Sebenarnya penemuan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sejak tahun 1980 silam, ada laporan yang muncul bahwa kemampuan penciuman anjing tersebut sudah dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit kanker dari napas pemiliknya.

Menurut tim peneliti dari University of Adelaide, "Solusi yang mereka hadirkan memiliki potensi yang signifikan, karena alat tersebut mampu memberikan hasil seketika dan sensitivitas pembacaan yang tinggi untuk berbagai macam molekul yang berbeda." Dr James Anstie, mengklaim bahwa timnya akan menyelesaikan protipe pendeteksi penyakit dalam dua sampai tiga tahun dan akan siap rilis ke publik dalam waktu tiga hingga lima tahun mendatang. Nantinya, hasil dari temuan ini bisa digunakan untuk mengukur jejak gas seperti karbon dioksida atmosfer atau menemukan polutan dalam udara.

(brl/red)