Bagaimana developer aplikasi non-profit mendapat keuntungan?

Bagaimana developer aplikasi non-profit mendapat keuntungan?

Techno.id - Sektor aplikasi mobile di Indonesia dewasa ini sudah dipandang sebagai ladang yang subur. Tak ayal, startup atau developer aplikasi lokal pun berlomba-lomba menggarapnya, entah itu untuk tujuan profit maupun yang non-profit.Namun jangan salah, pengembang aplikasi non-profit bukannya tak boleh atau bisa menuai untung. Dengan kreativitasnya, developer non-profit bukan tak mungkin bakal kecipratan untung dari sektor ini.

Tengok saja Ummar, aplikasi market locator Muslim pertama di Indonesia. Mengusung misi sosial sekaligus dakwah, Ummar bertekad juga untuk mandiri, sembari membantu pelaku bisnis Muslim untuk terus maju dengan ekonomi berbasis Islami. Caranya?

Menurut pengakuanLio Hudyawan, co-founder danCTO Ummar, ada beberapa strategi yang sudah dan siap mereka jalankan, tentunya dengan tanpa membebani para user dan pihak-pihak yang terkait dengan mereka. Kalau bisa, mereka juga harus mencicipi untung dari pergerakan Ummar.

Lio membagi sumber pemasukan Ummar menjadi dua, yakni online atau via aplikasi dan offline seperti bazar.

"Pemasukan dari aplikasi datang via iklan, yang tidak mengganggu visual tapi lebih ke pemberian informasi.Selain itu, dari aktivitas bazar, kami menerapkan bagi hasil, dan juga pendapatan dari fee untuk menyukseskan aktivitas event, pelatihan, penyediaan tempat berdagang, jasa konsultansi, dan jasa mediasi," terang Lio pada Techno.id (13/11/15).

Ummar sendiri saat inisudah mendapat dana dari investor berupa seed capital. Namun, mereka juga menargetkan untuk masuk ke tahap post-seed investment.

Sampai saat ini,Ummar sudah diunduh oleh 950 orang, dengan 200 di antaranya adalah pedagang. Tahun depan, tim Ummar tak cuma menargetkan untuk hadir di platform iOS, tetapi juga ingin menjaring hingga 1.000 pedagang dan 100 ribu pembeli.Jika tertarik untuk bergabung, Ummar kini telah tersedia untuk perangkat Android dan bisa diunduh dilink berikut.

(brl/red)