Pengguna Twitter ramai beralih ke Mastodon, apa itu?

foto: play.google.com
Techno.id - Elon Musk pernah menggemparkan dunia dengan membeli platform Twitter. Namun beralihnya kepemilikan Twitter ke Elon tak membuat banyak pengguna merasa puas. Terlebih ada banyak kontroversi semenjak jejaring sosial media Twitter beralih ke tangan Elon.
Terakhir pemilik saham terbesar Tesla tersebut memberikan kebijakan cukup kontroversial. Di bawah kendali Elon, pemilik akun Twitter terverifikasi atau centang biru diwajibkan membayar sebesar 7.99 US$ atau setara Rp 125 ribu setiap bulannya. Tentu hal ini imbas dari Elon yang ingin merubah Twitter menjadi lahan cuan. Terlebih dikabarkan ia membeli Twitter dengan uang hasil sebagian pinjaman bank.
Dampak dari kontroversi yang diberikan Elon, akhirnya para pengguna Twitter bermigrasi ke platform sosial media lain. Bahkan platform Mastodon tercatat mengalami kenaikan jumlah pengguna setelah Elon Musk membeli Twitter Oktober lalu.
Eugen Rochko selaku CEO dan lead developer Mastodon mengungkapkan bahwa, ada sekitar ribuan pendaftar akun baru di Mastodon setiap jamnya. Hal tersebut merupakan peningkatan secara drastis, mengingat sebelumnya hanya ada sekitar 60 sampai 80 pendaftar baru saja tiap jamnya. Pihak dari Mastodon mengklaim, hampir 500 ribu pengguna telah bergabung semenjak Elon Musk mengakuisisi Twitter. Bahkan saat ini Mastodon mempunyai 1 juta lebih pengguna.
Mastodon bisa menjadi jejaring media sosial alternatif selain berbagai platform yang telah tersedia. Bahkan platform ini bisa menjadi ladang subur kelak jika semakin banyak pengguna beralih ke Mastodon. Lantas apakah Mastodon itu? Kali ini techno.id akan memberikan penjelasan terakit platform Mastodon yang dirangkum dari berbagai sumber.
Platform Mastodon
foto: Mastodon.social/explore
Mastodon adalah jejaring sosial media dengan sistem microblogging. Platform ini dimunculkan sejak 2016 lalu oleh Eugen Rochko. Hingga saat ini Mastodon dikembangkan oleh lembaga nirlaba atau GmbH asal Jerman yang dipimpin Rochko. Mastodon juga merupakan bagian dari Fedivers, yang merupakan federasi dengan protokol komunikasi. Platform ini sudah bisa didownload melalui Google Play Store, Apple App Store, dan melalui browser.
Mastodon mempunyai sistem interface mirip dengan Twitter. Di dalam halaman beranda, pengguna bisa melihat linimasa, explore, serta trending topic. Namun perbedaannya Mastodon menyajikan postingan urutan kronologis, dan bukan berdasarkan algoritma.
Hal menarik lain dari Mastodon adalah tidak adanya iklan di dalamnya. Karena aplikasi ini sudah didanai oleh crowdfunding. Artinya sebagian besar server yang digunakan oleh orang-orang yang menggunakannya. Server dari Mastodon diawasi oleh Mastodon Social dan Mastodon Online dengan sumber dana dari Patreon.
Dilansir dari berbagai sumber, Mastodon setidaknya memiliki 4.000 server independen. Artinya pengguna tidak dapat melakukan registrasi layaknya platform seperti Facebook, Instagram, maupun Twitter sekalipun. Di Mastodon pengguna perlu memilih satu server terlebih dahulu untuk mendaftar. Beberapa dari server Mastodon terbuka atau bisa open source.
foto: play.google.com
Lebih lanjut, server yang dipilih akan menjadi wadah bagi akun, profil, dan timeline pengguna. Pengguna bakal memiliki username seperti email pada umumnya. Kemudian username akan menyertakan nama server tempat pengguna mendaftar. Sebagai contoh terdapat server dengan nama "mastodon.social". Kemudian pengguna menambahkan nama "Paijo". Maka hasilkan akan menjadi Pajio@mastodon.social. Artinya pengguna bernama Paijo menggunakan server Mastodon.social.
Di dalam Mastodon terdapat sistem interface mirip Twitter. Platform tersebut memiliki tab hastag atau tagar, dan news yang sering dipakai oleh pengguna. Kemudian Mastodon juga memiliki fitur reply, bookmark, like, favorite, dan saling mengikuti antar pengguna lainnya. Sistem UI yang mirip Twitter itulah yang menyebabkan banyak dari pengguna beralih ke Mastodon.
Meskipun Mastodon dianggap mirip Twitter, namun hemat kata platform ini lebih mirip Discord. Mastodon juga dapat digunakan untuk memposting hingga 500 kata. Lebih banyak dari Twitter yang hanya menyediakan 280 kata.
RECOMMENDED ARTICLE
- 11 Aplikasi pengunci galeri di Android & iPhone, amankan data pribadi
- 7 Aplikasi gratis pembuat lamaran pekerjaan dan resume
- Cara mudah kunci akun TikTok, hindari para stalker
- 11 Aplikasi latihan tes TOEFL di smartphone, lengkap dengan penjelasan
- WhatsApp kembali luncurkan fitur baru, dari poling sampai komunitas
HOW TO
-
Bahaya phising serta cara menghindarinya, sering jadi modus baru penipuan
-
Cara mudah ganti kata berulang di Microsoft Word, cukup gunakan shortcut pada keyboard
-
Cara mematikan laptop dan komputer yang benar, bisa atasi perangkat lemot dan sering error
-
Cara mudah login satu akun WhatsApp di dua HP atau lebih, ini syaratnya
-
Cara mudah perbaiki typo di Microsoft Word tanpa perlu hapus, cukup gunakan kombinasi tombol keyboard
TECHPEDIA
-
Open AI umumkan ChatGPT API bakal masuk waitlist, ini penjelasan lengkapnya
-
Pengguna Netflix tak bisa lagi sharing password mulai Maret 2023, ini penjelasannya
-
11 Penampakan kabel kusut bikin orang yang melihatnya jadi pusing, ruwet banget
-
15 Casing PC dengan desain nyeleneh dan tampil beda, ada yang dari ban mobil
-
11 Ide kreatif rakit set up perangkat komputer di dalam mobil, kerja bisa dari mana saja
LATEST ARTICLE
BEST PRODUCT Selengkapnya >
-
5 Beda Samsung Galaxy S23 Plus dan Galaxy S23, kapasitas baterai selisih jauh
-
11 Rekomendasi HP dengan layar bezel tipis, dibekali RAM 4GB harga mulai Rp 2 jutaan
-
11 Rekomendasi smartphone berbagai merek RAM 4 GB, harga Rp 2 jutaan
-
Tanggal rilis tak terlalu jauh, ini 5 beda Oppo Reno8 Pro 5G dan Oppo Reno7 Pro 5G