Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna

Techno.id - World. Nama yang mungkin terdengar sederhana, tapi punya ambisi besar. Proyek ini bukan sekadar aplikasi atau platform digital biasa. World, yang sebelumnya dikenal sebagai Worldcoin, adalah gebrakan identitas biometrik yang digagas oleh Sam Altman. Ya, nama besar di dunia teknologi. Proyek ini resmi diluncurkan di Amerika Serikat. Peluncurannya bahkan dirayakan di San Francisco, dengan segala sorotan khas dunia startup.
Tapi gaungnya tidak diterima dengan tangan terbuka di semua tempat. Di Indonesia, misalnya, Kementerian Informasi dan Digital (Komdigi) sudah mengambil sikap tegas. Aplikasi ini dilarang beredar karena menyangkut satu isu penting: keamanan. Bukan main-main, karena yang dipertaruhkan di sini adalah data biometrik. Iris dan retina, bagian paling unik dari tubuh manusia, menjadi ‘tiket masuk’ ke dalam sistem World.
Cara kerja World cukup simpel di permukaan. Individu cukup memindai iris atau retina mereka menggunakan perangkat khusus. Sebagai imbalannya, mereka mendapatkan bagian dari mata uang kripto serta ID digital yang disebut WorldID. Prosesnya mungkin terlihat cepat dan praktis. Tapi di balik itu, ada kekhawatiran yang terus membayangi.
Di San Francisco, peluncuran World memperkenalkan sesuatu yang baru. Versi terbaru dari perangkat pencitraannya. Benda ini dikenal dengan nama Orb. Bentuknya seperti bola perak. Mencolok, futuristik, dan sangat khas. Orb digunakan untuk menangkap pola iris seseorang, yang kemudian digunakan untuk membuktikan bahwa individu tersebut adalah manusia.
Berbeda dengan password yang bisa di-reset, iris atau retina cuma satu-satunya yang dimiliki seumur hidup. Sekali data bocor, nggak ada opsi “ubah kata sandi”. Itu artinya, begitu data ini jatuh ke tangan yang salah, konsekuensinya permanen.
Diungkap oleh Techno.id, Rabu (7/5), berikut pembahasannya.
2. Potensi penyalahgunaan oleh pihak ketiga
Siapa yang menjamin data mata itu hanya disimpan dan dipakai untuk tujuan yang disebutkan? Dalam dunia digital, data bisa diperjualbelikan, diserahkan ke pemerintah, atau disusupi oleh hacker—semua tanpa izin si pemilik mata.
3. Tidak semua tahu apa yang sedang mereka serahkan
Banyak yang ikut proyek semacam Worldcoin karena iming-iming imbalan. Sayangnya, tidak semua diberi penjelasan lengkap soal bagaimana data mereka disimpan dan digunakan. Ini bisa berujung pada eksploitasi massal tanpa sadar.
4. Risiko kebocoran data yang semakin besar
Tidak ada sistem digital yang benar-benar aman. Bahkan perusahaan teknologi raksasa pun pernah kena hack. Bayangkan jika yang bocor adalah jutaan data biometrik mata—identitas unik setiap manusia.
5. Bisa digunakan untuk sistem pengawasan massal
Dengan data iris dan retina, otoritas atau korporasi bisa menciptakan sistem pemantauan super akurat. Gerak-gerik seseorang bisa dilacak bahkan tanpa disadari. Teknologi ini bisa jadi alat kontrol sosial yang lebih menyeramkan dari fiksi dystopia.
6. Persetujuan yang seringkali tidak sepenuhnya sadar
Kebanyakan pengguna hanya klik “setuju” tanpa membaca panjang lebar soal kebijakan privasi. Saat iris mata dipindai, banyak yang tak tahu konsekuensinya. Akhirnya, keputusan besar dibuat tanpa informasi yang cukup.
Menjaga Data Pribadi Bukan Sekadar Soal Teknologi, Tapi Juga Kesadaran
foto: Shutterstock.com
Zaman sekarang, data pribadi lebih berharga dari dompet. Tapi banyak yang masih belum sadar betapa pentingnya melindungi identitas digital—terutama data biometrik seperti iris atau retina. Ini bukan cuma soal keamanan akun, tapi tentang kontrol atas tubuh dan identitas. Setiap individu berhak tahu dan memilih bagaimana datanya digunakan. Jangan asal ikut tren atau tergoda iming-iming hadiah. Pertanyakan, telusuri, dan kalau perlu, tolak. Karena di era digital, menjaga mata bukan cuma soal kesehatan. Tapi juga soal privasi, kendali, dan kebebasan.
RECOMMENDED ARTICLE
- OPPO X Brilio tantang kamu bikin foto portrait, berhadiah Reno8 Series
- 5 Cara menyelamatkan data pribadi saat iPhone harus diservis, gampang ternyata
- Inilah 5 tindakan berbahaya yang dapat dilakukan peretas jika mereka dapat mengakses router Wi-Fi kamu
- 5 Cara memeriksa apakah tautan yang dikirim melalui email aman untuk dibuka
- Hindari melakukan sideloading aplikasi Android untuk mencegah ToxicPanda menguras rekening bank
- Jangan salah kaprah, kenali 5 perbedaan utama antara email phishing dan spam biar nggak jadi korban
HOW TO
-
Cara terbaru dan mudah menyetel pengaturan pop-up YouTube, bisa sambil membuka aplikasi lain
-
7 Cara mengetahui apakah HP disadap, ini yang perlu diwaspadai di 2025
-
Cara terbaru kalibrasi baterai HP, ini triknya biar tetap awet dan tidak gampang rusak
-
Cara membuat banyak folder dengan nama berbeda di Windows 11 dalam satu kali klik, terbaru 2025
-
Cara terbaru hentikan Telegram agar tak simpan gambar secara otomatis ke galeri HP
TECHPEDIA
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
-
Ini sejarah dan kegunaan teks viral "Lorem Ipsum" di tugu IKN, sudah ada sejak abad ke 16
-
Penjelasan mengapa port USB punya banyak warna, format terbaru di 2025 punya kecepatan 80 Gbps
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
-
Ini sejarah dan kegunaan teks viral "Lorem Ipsum" di tugu IKN, sudah ada sejak abad ke 16
-
Penjelasan mengapa port USB punya banyak warna, format terbaru di 2025 punya kecepatan 80 Gbps