Mengapa media sosial seolah tak mampu menghalau gerak ISIS?

Mengapa media sosial seolah tak mampu menghalau gerak ISIS?

Techno.id - Selama ini, kelompok radikal yang menamakan dirinya ISIS selalu memanfaatkan media sosial dalam menebar propaganda. Sementara itu, media sosial seperti Facebook dan Twitter telah berkali-kali menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menoleransi segala aktivitas yang berhubungan dengan teroris.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Facebook dan Twitter seolah tak mampu menghalau gerak laju ISIS di media sosial? Faktanya, kelompok militan berbendera hitam itu masih dapat dengan leluasa menebar pesan dan ancaman, bahkan merekrut anggota baru.

Sebagaimana dikutip dari WIRED (21/11), ada empat alasan untuk menjawab persoalan tersebut. Pertama, sifat netizen global terhadap media sosial cenderung sensitif. Kedua, ketergantungan netizen global terhadap pihak berwajib masih tinggi. Ketiga, ISIS dapat membuat akun baru dengan mudah jika akun lama diblokir.

Selain ketiga alasan di atas, Facebook dan Twitter juga seakan terperangkap dengan kebijakannya sendiri. Ya, mereka memang akan memblokir seketika semua konten yang mengandung unsur radikal. Namun di sisi lain, mereka juga dikritik karena melarang kebebasan berpendapat setiap orang.

"Tidak ada tempat untuk teroris di Facebook. Kami bekerja secara agresif untuk memastikan agar teroris tidak menggunakan situs ini. Kami juga akan menghapus konten apapun yang mendukung terorisme," ujar juru bicara Facebook, Andrew Souvall.

Usaha media sosial besutan Mark Zuckerberg itu pun kemudian diapresiasi oleh Executive Director of Middle East Media Research, Steve Stalinsky. "Dari semua perusahaan, mereka (Facebook) menjadi yang terbaik dalam menghapus konten (radikal)," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan peneliti dari Brookings Institute, J. M. Berger untuk Twitter. Menurut hasil risetnya, jumlah akun suspensi di Twitter telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. "Kabar baiknya, ini dapat membatasi jangkauan propaganda dan membuat ISIS lebih sulit mencapai tujuannya secara online," paparnya.

Sayangnya, pihak Twitter menolak berkomentar lebih jauh terkait pertanyaan tentang propaganda ISIS. Perusahaan berlogo burung biru itu pun kembali menegaskan bahwa Twitter akan tetap berdiri sebagai wadah untuk kebebasan berekspresi.

"Twitter sangat dan akan terus mendukung kebebasan berekspresi dari beragam perspektif. Tetapi juga memiliki aturan yang jelas untuk mengatur apa saja yang diperbolehkan," ujar pendiri sekaligus CEO Twitter, Jack Dorsey.

Meskipun telah mendapat apresiasi dari sejumlah pihak, Facebook dan Twitter tetap saja tak luput dari kritik. Salah satunya seperti usulan Calon Presiden Amerika Serikat Joe Barton yang mengaku ingin menutup platform media sosial secara hukum guna menghentikan gerak laju ISIS.

"Apakah tidak ada langkah hukum yang dapat kita lakukan untuk menutup situs-situs (media sosial) tersebut?," ujarnya kala itu kepada Federal Communications Comission Amerika Serikat.

(brl/red)