Tulisan yang dibuat AI masih sulit dideteksi oleh berbagai software canggih, ternyata ini penyebabnya

foto: pexels.com
Techno.id - Perkembangan pesat dan kemajuan AI ternyata menyimpan berbagai macam dampak di berbagai lini. Seperti chatbot berbasis AI yang kini tengah ramai digunakan, ChatGPT yang baru-baru ini jadi perbincangan karena dipakai untuk menyelesaikan tugas kuliah.
Dilansir techno.id dari Lifewire pada Kamis (25/5), terjadi sebuah kontroversi di salah satu perguruan tinggi di Amerika. Salah satu dosen Universitas Texas A&M, bernama Dr. Jared Mumm, menerangkan jika tugas yang dikerjakan mahasiswanya dibuat oleh ChatGPT. Hal ini ia temukan ketika memasukkan setiap tugas para mahasiswanya ke aplikasi chatbot tersebut. Lalu ChatGPT membenarkan kalau tulisan para mahasiswa Jared dibuat oleh chatbot tersebut.
- 5 Alat AI untuk pelajar dan mahasiswa, bisa membantu belajar, meringkas konten, dan mengedit makalah Kini semakin banyak layanan bertenaga AI yang tersedia untuk pelajar dan mahasiswa
- 5 Rekomendasi situs pembuat kesimpulan otomatis secara online dan gratis Banyak situs yang memudahkan untuk mengerjakan tugas penulisan
- 5 Cara cek plagiarisme untuk karya ilmiah, bantu mahasiswa selesaikan tugas kuliah Plagiarisme adalah masalah krusial dalam dunia pendidikan.
Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, kabar tersebut akhirnya menemukan titik terang. Mahasiswa yang dikabarkan menggunakan ChatGPT memberikan bukti berupa timestamp saat menggunakan Google Docs sebagai media pengerjaan tugas.
Meskipun sempat membuat gaduh dengan polemik penggunaan ChatGPT, kejadian tersebut justru memantik diskusi kembali terkait penggunaan AI di dunia akademis. Beberapa ahli di bidangnya turut memberikan komentar atas kejadian tersebut.
foto: pexels.com/Vlada Karpovich
Menurut Anthony Clemons, seorang peneliti penggunaan AI di bidang pendidikan dari Universitas Northen Illnois, menyampaikan jika teks yang dibuat oleh AI kini semakin canggih sehingga sangat sulit untuk mendeteksinya.
Alat seperti GPT-2 Output Detector, Writer AI Content Detector, Content at Scale, GPTZero, dan Giant Language Model Test Room, memiliki tingkat akurasi yang bervariasi, tetapi tidak ada yang sempurna.
Menurut Andrew Selepak, seorang profesor media sosial di Universitas Florida, AI tidak menggunakan database software pendeteksi plagiarisme untuk menulis esai. Hal ini berarti sebagian besar metode yang digunakan oleh software pendeteksi plagiarisme untuk mencari contoh dan kasus kecurangan mahasiswa tidak berlaku ketika AI menuliskan esai mahasiswa.
foto: pexels.com/Matheus Bertelli
Selepak menambahkan bahwa AI menggunakan konten tak terbatas dari internet untuk membuat esai bagi mahasiswa. Karena itu, tidak ada contoh pekerjaan sebelumnya yang dapat dipadankan oleh software pendeteksi plagiarisme dengan pekerjaan yang dikumpulkan oleh mahasiswa.
Sebagai alternatif, Andrew Selepak menyarankan untuk kembali menggunakan metode lama daripada mengandalkan aplikasi baru untuk mendeteksi plagiarisme. Selepak mengatakan bahwa menghilangkan teknologi dalam penggunaannya adalah solusi yang lebih baik. Dia menyarankan agar mahasiswa menulis esai dan ujian secara langsung di dalam kelas seperti yang dilakukan oleh sekolah dan universitas selama ratusan tahun sebelum teknologi mendominasi.
Namun, jika kasus penggunaan AI yang diduga melibatkan identifikasi kutipan yang sama persis dengan sumber lain, Tim Boucher, seorang ahli dalam mendeteksi pelanggaran hak cipta pada pos teks, menyatakan bahwa deteksinya relatif sederhana asalkan terdapat bank teks sumber yang cukup besar.
Menurut Boucher, meskipun sekolah mungkin tidak dapat mendeteksi semua pekerjaan yang dihasilkan menggunakan AI, penulisan manusia akan tetap mendominasi dan AI akan menjadi alat yang memperkuat kreativitas manusia, memungkinkan penulis dan seniman untuk menghasilkan lebih banyak konten dalam skala yang lebih besar daripada sebelumnya.
RECOMMENDED ARTICLE
- Membongkar mitos AI, fakta dan realitas kecerdasan buatan
- Cara mudah menggunakan Google AI Image Analysis Tool untuk deteksi gambar buatan manusia atau AI
- ChatGPT berbasis aplikasi sudah hadir untuk iOS, Apple malah was-was
- Perusahaan fashion Italia ini temukan teknologi blokir face recognition AI
- 5 Fitur Bing AI bisa kamu pakai untuk membuat karya tulis, sajikan referensi paling up to date
HOW TO
-
Cara menjalankan aplikasi dan game Windows di Android menggunakan Winlator terbaru di 2025
-
Cara record Zoom di laptop dan MacBook yang simpel dan mudah, sekaligus trik merangkum meeting pakai A
-
5 Langkah preventif merawat baterai HP di tengah musim pancaroba 2025, ternyata ini yang bikin rusak
-
Cara mengetahui dan memeriksa jumlah siklus baterai iPhone terbaru 2025, ini 5 langkah merawatnya
-
Cara menghentikan baterai laptop agar tidak terisi daya di atas 80% di Windows 11, ini alasannya
TECHPEDIA
-
Ini sejarah dan kegunaan teks viral "Lorem Ipsum" di tugu IKN, sudah ada sejak abad ke 16
-
Penjelasan mengapa port USB punya banyak warna, format terbaru di 2025 punya kecepatan 80 Gbps
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
-
Cara download game PS2 dan PS3 di laptop dan HP, bisa main berdua
-
10 Fitur canggih iPhone 16E, bakal jadi HP Apple termurah di bawah Rp 10 juta?
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
Ini sejarah dan kegunaan teks viral "Lorem Ipsum" di tugu IKN, sudah ada sejak abad ke 16
-
Penjelasan mengapa port USB punya banyak warna, format terbaru di 2025 punya kecepatan 80 Gbps
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
-
Cara download game PS2 dan PS3 di laptop dan HP, bisa main berdua