Riset Indonesia kalah dari Malaysia, apa penyebabnya?

Ilustrasi penelitian ilmiah © 2015 Macrovector / Shutterstock.com
Techno.id - Sebagai negara yang cukup besar di kawasan Asia Tenggara tak serta merta membuat Indonesia menjadi negara yang adidaya. Di sisi penelitian saja misalnya, Indonesia masih kalah tertinggal dengan negara tetangga Malaysia maupun Vietnam yang notabene kekayaan dan potensi penelitiannya tak jauh lebih besar dari Indonesia.
Kenyataan ini, menurut Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), salah satunya disebabkan oleh masih minimnya dana untuk menyokong penelitian hingga saat ini. Menurut Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristekdikti, Muhammad Dimyati rasio belanja litbang nasional (GERD) terhadap PDB Indonesia hanya 0,09 persen dari PDB yang idealnya adalah sebesar 1 persen.
- LIPI: Anggaran IPTEK Indonesia masih tertinggal jauh LIPI: Untuk mengejar ketertinggalan, peneliti Indonesia harus menggandeng swasta atau lembaga luar negeri sebagai pendanaan
- Menristekdikti siapkan dana berlimpah untuk genjot riset industri Pihak Kemenristekdikti telah menyiapkan banyak dana untuk menggenjot riset di sektor industri yang masih tercatat rendah.
- Strategi Kemenristekdikti hadapi dana riset minim Dalam menghadapi tantangan minimnya dana riset, Kemenristekdikti terapkan dua strategi ini!
"Bayangkan saja untuk mencapai satu persen itu bagaimana usaha yang harus kita lakukan," ujar Dimyati seperti dilansir oleh Antara (9/11/15).
Dimyati menambahkan, sebagai perbandingan saja GERD Malaysia pada tahun 2012 saja sudah mencapai satu persen, sedangkan Singapura sudah mencapai 2,1 persen. Nah, untuk mengejar ketertinggalan tersebut mau tak mau para peneliti Indonesia harus menjalin kerja sama dengan pihak swasta dan lembaga-lembaga luar negeri.
Kemristekdikti, menurut Dimyati telah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah ini. salah satunya adalah dengan melakukan kerja sama dengan Bank Dunia mulai tahun 2015 ini untuk mendukung dana penelitian. Selain itu, ada institusi internasional lain yang menyatakan siap mendukung dana penelitian di Indonesia.
Kendati demikian, langkah untuk meminta bantuan dana kepada pihak swasta dinilai oleh Sangkot Marzuki ketua AIPI sebagai langkah yang cukup berisiko. Pasalnya, menurut Sangkot penelitian yang didanai pihak internasional ini sifatnya harus mengglobal dan nantinya peneliti juga hanya akan menjadi peserta bukannya pemimpin proyek penelitian.
"Itulah mengapa dukungan pemerintah penting, agar peneliti bisa bekerja lebih tinggi dan tidak hanya ikut-ikutan saja," pungkas Sangkot.
RECOMMENDED ARTICLE
HOW TO
-
Cara terbaru mengetahui siapa yang menggunakan WiFi kita tanpa izin dan memblokirnya
-
Cara menerjemahkan chat WhatsApp pakai AI langsung di aplikasinya, gampang dan tak ribet
-
Cara terbaru merekam layar Macbook tanpa aplikasi tambahan, ringan dan tak bikin lemot
-
Cara terbaru kalibrasi warna monitor secara manual untuk desain grafis, ternyata gampang dan mudah
-
Cara menghapus aplikasi bawaan Windows yang jarang digunakan, bisa bikin lemot jika diabaikan
TECHPEDIA
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini