Rakuten tinggalkan Indonesia karena tak jeli dengan tren pembeli?
Techno.id - Pertengahan bulan ini, kabar mengejutkan datang dari Rakuten. E-commerce asal Jepang itu menyatakan berhenti beroperasi di Indonesia terhitung mulai 1 Maret 2016.
Saat itu, Rakuten menyebut alasan di balik penutupan lapaknya di Tanah Air adalah bagian dari upaya menaikkan pendapatan. Akan tetapi, pengamat e-commerce, Kun Arief Cahyantoro, menilai lain. Menurut Kun, keputusan Rakuten itu lebih pada ketidakpahaman mereka terhadap kebiasaan konsumen di Indonesia.
Kendati masyarakat sudah mulai mengenal e-commerce, kecenderungan calon pembeli untuk langsung membeli produk yang dijajakan secara online masih kecil. Mereka lebih suka browsing dulu untuk melihat harga dan menyepakati banderol yang terpampang di toko maya tersebut.
"Mereka itu searching dulu dan lihat harga, yang benar-benar membeli cuma 17,3 persen. Jadi contohnya dari 100 orang, yang beli cuma 18 orang," terangnya pada Merdeka.com (22/02/16).
Di samping itu, Kun turut menyebut tren lain yang seharusnya diamati oleh pelaku e-commerce lain supaya bisa maju dan berinovasi sesuai kebutuhan konsumen.
"Tren kedua, aplikasi mobile itu menjadi personal shopper terkait segmentasi. Misalnya saya suka mobil. Mobil Mercy. Kalau saya masuk, mereka udah tahu apa yang saya cari. Ke depannya profiling bukan by segmentation, tapi personal profiling. Jadi, saya masuk bukan karena umur saya, jenis kelamin saya, intinya setiap orang itu berbeda-beda. Tren yang ketiga itu omni channel. Dan terakhir kembangkan mobile."
Di sisi lain, Rakuten tak cuma menghentikan operasi toko mayanya di Indonesia, tetapi juga di Singapura dan Malaysia. Namun, kantor pusat regional Asia Tenggara mereka yang terletak di Negeri Singa akan tetap beroperasi.