Bio Farma siapkan 'Life Science Park' terbesar di Asia

Ilustrasi laboratorium © 2015 Max Griboedov/shutterstock.com
Techno.id - Dilansir oleh Antara (26/08/15), Bio Farma akan membangun Life Science Park dengan fasilitas Animal Lab terbesar di Asia. Rencananya taman ini akan dibangun di kawasan Jasinga Kabupaten Bogor Provinsi Jabar.
"Life Science Park dengan Animal Lab terbesar di Asia akan dibangun di kawasan Jasinga Kabupaten Bogor. Kawasan itu juga disiapkan untuk penelitian dan pembuatan vaksin-vaksin terbaru Bio Farma," kata Direktur Utama Bio Farma, Iskandar dikutip dari Antara (26/08/15).
- Prabowo umumkan Indonesia jadi lokasi uji coba vaksin TBC Bill Gates Indonesia akan menjadi lokasi uji coba vaksin TBC yang dikembangkan oleh Bill Gates.
- Indonesia kembali terima tambahan 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca Sebelumnya, pada 5 Juni 2021 Indonesia juga telah menerima 313,100 vaksin AstraZeneca dari COVAX Facility.
- 5 Fakta vaksin AstraZeneca, bisa jadi antibodi selama 1 tahun Antibodi diperkirakan dapat bertahan di dalam tubuh lebih lama lagi setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca dosis kedua dan ketiga.
Laboratorium penelitian dan pabrik baru perusahaan BUMN tersebut akan dibangun di lahan seluas 500 haktare di kawasan itu.
Iskandar menyebutkan pembangunan kawasan Life Science Park tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang untuk 200 tahun ke depan dari program dan pengembangan vaksin perusahaan tersebut.
Menurutnya, seluruh riset dan percobaan pengembangan vaksin, termasuk salah satunya untuk bahan baku akan dipusatkan di kawasan tersebut.
"Nantinya kawasan itu menjadi laboratorium terbesar kami dengan visi untuk rencana pengembangan Bio Farma 200 tahun ke depan. Kawasan itu akan menjadi masa depan Bio Farma," katanya.
Selain itu, menurut Iskandar, pengembangan laboratorium dan pabrik baru Bio Farma itu merupakan investasi perusahaan untuk generasi yang akan datang.
Investasi jangka panjang memang diperlukan karena karakter pengembangan produk vaksin juga harus dilakukan dalam waktu yang lama dan bertahap.
"Penelitian untuk satu produk vaksin itu bisa menghabiskan waktu 15-20 tahun, sehingga kita harus punya rencana sampai 200 tahunan," katanya.
Ia menyebutkan dengan pengembangan produk, memungkinkan produsen vaksin satu-satunya di Indonesia itu berkontribusi untuk produk life science dan pengobatan berbasis biologi.
"Dalam pertemuan dengan WHO, kebutuhan dunia tak hanya vaksin juga produk biosimilar yakni produk biologi yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Dan secara teknologi kita mampu," kata Iskandar.
RECOMMENDED ARTICLE
HOW TO
-
Cara pakai Google Maps tanpa internet, tetap bisa jalan walau koneksi hilang tak berjejak
-
Cara terbaru mengetahui siapa yang menggunakan WiFi kita tanpa izin dan memblokirnya
-
Cara menerjemahkan chat WhatsApp pakai AI langsung di aplikasinya, gampang dan tak ribet
-
Cara terbaru merekam layar Macbook tanpa aplikasi tambahan, ringan dan tak bikin lemot
-
Cara terbaru kalibrasi warna monitor secara manual untuk desain grafis, ternyata gampang dan mudah
TECHPEDIA
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini