Penetrasi melesat, lima asosiasi bentuk standar audiens online

Penetrasi melesat, lima asosiasi bentuk standar audiens online

Techno.id - Pengguna internet di Indonesia masih terus mengalami peningkatan. Kebiasaan pengguna internet Indonesia dalam mengakses konten yang tersedia secara online sangat beragam. Hal itu kemudian mendorong pembentukan standar pengukuran audiens online untuk mengakselerasi pertumbuhan belanja iklan.

Inisiatif pembentukan standar tersebut digagas oleh lima asosiasi, yakni Association of Asia Pacific Advertising Media (AAPAM), Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia (APPINA), Indonesian Digital Association (IDA), Indonesian E-Commerce Association (idEA), dan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I). Kelima asosiasi tersebut merepresentasikan sebagian besar ekosistem periklanan di Indonesia.

Berdasarkan laporan terakhir tahun ini, penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 29 persen yang setara dengan lebih dari 70 juta pengguna. Angkat tersebut pun diprediksi masih bakalan terus mengalami peningkatan secara signifikan melampaui Jepang dan Brasil di masa yang akan datang.

Namun, pengeluaran belanja iklan di Indonesia masih didominasi oleh media konvensional seperti TV dan media cetak. Tentunya ke depannya hal ini akan berubah seiring pemasang iklan yang memindahkan anggaran iklannya menyesuaikan dengan perilaku audiens, dan suatu standar pengukuran nasional akan menjadi komponen yang penting untuk meyakinkan pemasang iklan dan agensi periklanan untuk meningkatkan belanja iklan di media digital.

Pada inisiatif ini, asosiasi-asosiasi tersebut telah membentuk suatu Komite untuk melaksanakan evaluasi secara komprehensif dari beberapa perusahaan penyedia jasa pengukuran. Terhitung dari saat ini, Komite telah mengeluarkan undangan terbuka dan meminta proposal dari beberapa perusahaan yang kompeten dan relevan dengan tujuan tersebut.

Dalam keterangan resmi yang diterima tim Techno.id, komite yang baru dibentuk tersebut akan melakukan penilaian berdasarkan beberapa kriteria, seperti kelengkapan data, kemampuan pembuatan laporan, tingkat pelayanan, dan juga biaya untuk menentukan perusahaan yang paling sesuai dengan untuk lanskap industri di Indonesia.

Perusahaan yang berminat dapat ikut berpartisipasi dengan cara menghubungi Komite sebelum tanggal 1 Desember 2015, dan wajib untuk memenuhi beberapa persyaratan. Mereka kemudian akan diberikan waktu selama kurang lebih 2 bulan untuk mempersiapkan presentasi yang akan dilaksanakan pada akhir bulan Januari 2016.

Setelah salah satu perusahaan terpilih, Komite akan melaksanakan proses sosialisasi kepada seluruh anggota dari lima asosiasi tersebut, untuk memastikan tingkat adopsi dan implementasi yang optimal. Selanjutnya, akan dibentuk pula komite evaluasi yang akan terus mengamati eksekusi dan menjaga kualitas dari standar pengukuran yang dipilih. Proses seleksi ini akan berlangsung setiap dua tahun untuk menyesuaikan perkembangan dunia digital yang pesat.

"Saat ini kita dihadapkan dengan kompleksitas yang menghambat potensi periklanan di dunia digital. Di satu sisi, pemilik media harus berlangganan ke beberapa layanan yang tentunya cukup mahal dan membingungkan. Di sisi lainnya, pengiklan dan agensi periklanan tidak mempunyai alat ukur yang sama untuk mengevaluasi media periklanan, yang menyebabkan penolakan terhadap validitas data," ujar Danny Oei Wirianto selaku Co - Chairman Komite.

Antusiasme senada juga disampaikan oleh Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Inovasi untuk meningkatkan daya saing membutuhkan dasar acuan (benchmark) yang jelas. Menyaksikan inisiatif swadaya hasil kolaborasi para pelaku bisnis digital (AAPAM, APPINA, IDA, idEA, dan P3I) untuk menuangkan ide menentukan online audience measurement yang akan menjadi acuan pasar Indonesia untuk tumbuh bersama, patut diapresiasi dan didukung secara penuh. Langkah awal untuk inovasi yang berkesinambungan, kata Triawan.

(brl/red)