Menko Kemaritiman: Buat kapal riset butuh dana yang tak sedikit!

Menko Kemaritiman: Buat kapal riset butuh dana yang tak sedikit!

Techno.id - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo mengungkapkan bahwa dana pembuatan kapal untuk meriset potensi kelautan Indonesia itu tak sedikit. Oleh karena itu, dalam acara pelepasan tiga kapal riset Indonesia yakni Riger, Baruna Jaya IV, dan Bawal Putih III, ia mengatakan jika pembangunan kapal riset wajib dipikirkan matang sebelum dilanjutkan.

"Apa pun yang dilaksanakan harus dipersiapkan. Sebagai contoh ya kapal Bawal Putih III itu butuh dana Rp 100 juta untuk operasinya. Yang merah itu, Baruna Jaya IV butuh sekitar Rp 160 juta. Jadi, kalau kita berangkat saja tanpa persiapan survei yang bagus dan matang, ya susah. Sayang kalau tidak disiapkan begitu," ujar Indroyono seperti dikutip dari Merdeka (11/8/15).

Indroyono dalam kesempatan itu juga menjelaskan bahwa tiga kapal riset yang baru saja dilepas tersebut total menghabiskan Rp 260 juta hanya untuk dua kapal saja. Kendati demikian, Indroyono mengungkapkan bahwa meski menghabiskan dana yang tak sedikit ketiga kapal riset yang baru dilepas tersebut memiliki keunggulan dalam teknologi untuk riset potensi kelautan Indonesia.

Kapal riset Rigel misalnya yang memiliki sarana survei dan riset yang sangat lengkap, mulai dari multiple ecosounder, single beam ecosounder, multi channel sysmic, sarana hydrographics, exonographix, dan juga robot bawah laut yang dimiliki oleh TNI AL. Selain itu, kapal Baruna Jaya IV juga mengusung teknologi canggih seperti Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) yang mampu mendeteksi derasnya arus bawah laut yang berguna untuk meneliti biota laut. Kapal Baruna Jaya IV ini nantinya akan ditujukan untuk penajam pasir utara dalam rangka survei persiapan pembangunan marine science and tech park di Kalimantan Timur.

"Kita juga melepas kapal riset Bawal Putih III yang akan melaksanakan survei dan riset pengkajian stok ikan di perairan Indonesia. Dari hasil kaji stok ikan oleh para ahli kita di 11 wilayah perikanan kita dapat tentukan berapa stok yang ada dan berapa yang bisa ditangkap secara lestari dan dari sana berapa izin kapal penangkapan yang bisa kita keluarkan," tutup Indroyono.

(brl/red)