Jika algoritma Instagram berubah, bisakah pelaku UKM ikut untung?

Ilustrasi Instagram © 2015 Mon's Images/ Shutterstock.com
Techno.id - Langkah Instagram yang sempat ingin mengubah algoritma chronological order untuk timeline-nya menuai pro dan kontra. Di satu sisi, user memang bisa mendapatkan konten yang relevan dengannya. Namun faktanya, tak sedikit pengguna Instagram yang tidak menginginkan perubahan ini hingga memunculkan petisi online berisi pertentangan dan memopulerkan tagar #RIPInstagram.
Sebenarnya, apakah langkah penghapusan chronological order ini punya dampak baik, terutama bagi pelaku UKM yang memanfaatkan Instagram sebagai senjata utamanya untuk bisnis?
- Instagram bakal terapkan algoritma mirip Facebook, apa alasannya? Instagram berharap pengguna bisa menikmati konten di timeline yang sesuai dengan minat dan hubungan dengan pengunggah konten.
- Cara reset algoritma Instagram dan bocoran mengoptimalkan kontenmu di 2025 Pelajari cara reset algoritma Instagram dan tren konten di 2025.
- Instagram rayu user-nya yang ngambek dengan perpanjang durasi video Jika kini Anda cuma diperbolehkan untuk meng-upload video berdurasi 15 detik saja, sebentar lagi Anda boleh mengunggah video selama 1 menit.
"Kalau dibilang sebenarnya tricky, sih," jawab Irfan Prabowo, Social Media Strategist dan Community Manager Hipwee.
Menurut pria yang akrab dipanggil Fanbul itu, perubahan algoritma dari kronologis ke relevansi akan sangat menguntungkan brand yang sudah memahami karakter audience-nya, pun memiliki strategi matang untuk meng-engage mereka. Fokus brand pun bakal beralih, dari sekadar berburu pengikut baru ke menyediakan konten yang mudah di-like atau share oleh para followers.
Irfan Prabowo alias Fanbul, Social Media Strategist dan Community Manager Hipwee
© 2016 techno.id
Di sisi lain, penghapusan chronological order bakal membuka jalan yang lebih lapang bagi pelaku UKM yang cuma punya sedikit followers, tetapi rajin berinteraksi. Kedekatan dengan audience pun menjadi kriteria wajib dalam blueprint strategi media sosial suatu brand.
"Percuma kita punya 70 ribu followers ketika dari 70 ribu itu cuma 1.000 yang ter-engage dengan kita, yang rutin nge-like atau komen. Karena mungkin cuma mereka yang merasa dekat dengan konten kita," imbuhnya saat ditemui Techno.id pasca menjadi pembicara di #RuangIdeHipwee Malang (29/03/16).
RECOMMENDED ARTICLE
HOW TO
-
5 Template prompt AI untuk buat poster promosi keren di Canva, sekali klik langsung jadi
-
Cara aktifkan mode khusus Android untuk orang tua, ikon aplikasi jadi besar dan gampang diakses
-
Cara terbaru 2025 batasi siapa yang dapat mengirim pesan di obrolan grup WhatsApp
-
Cara terbaru amankan e-mail pribadi dari spam saat daftar online, biar inbox tetap bersih dan sehat
-
Trik ubah smartphone jadul jadi CCTV gratis di rumah, bisa diandalkan dan gratis
TECHPEDIA
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini