Bunglon berusia 99 juta tahun 'abadi' di dalam batu

Ilustrasi bunglon © 2006 Wikimedia.org / Ridard
Techno.id - Seekor bayi bunglon yang terindentifikasi hidup 99 juta tahun lalu ditemukan. Walau tak lagi dalam keadaan bernapas karena sudah menjadi fosil yang terjebak di batu amber, penemuan makhluk berukuran 18 mm itu telah menorehkan sejarah. Yap, menurut ilmuwan, bunglon yang hidup di Zaman Kapur itu adalah bunglon tertua di dunia, mengalahkan temuan sebelumnya yang 'cuma' berusia 78 juta tahun.
Para peneliti menyambut baik kehadiran fosil ini. Sebelumnya, mereka belum pernah menemui kadal yang hidup di hutan tropis kuno. Yang lebih membahagiakan, fosil bunglon mungil itu terbilang utuh; cakar, gigi, hingga bantalan kakinya masih awet.
- Ditemukan ekor dinosaurus berusia 99 juta tahun, begini penampakannya Ekor dinosaurus ini dianggap penemuan paling lengkap karena masih berwujud.
- Menakjubkan, Mumi bayi mammoth berusia 30.000 tahun ditemukan utuh Mumi bayi mammoth bernama Nun Cho Ga ini diperkirakan berusia lebih dari 30.000 tahun.
- Pengertian fosil adalah, kenali proses pembentukan dan jenisnya Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas binatang maupun tumbuhan zaman purba yang mengalami proses pengawetan secara alami di dalam bumi.
"Fosil semacam ini langka karena kulit dan tulang kadal kecil biasanya tidak awet, apalagi di daerah tropis. Itulah yang membuat fosil amber ini sangat langka dan perlu diversifikasi lebih lanjut," terang Edward Stanley, salah seorang peneliti spesimen tersebut dari University of Florida.
Fosil bayi bunglon di dalam batu amber berusia 99 juta tahun
© 2016 flmnh.ufl.edu / David Grimaldi
Demi mempelajari bunglon ini lebih lanjut, tim peneliti sudah memindai fosil tersebut ke model 3D tanpa mengeluarkan dari 'tempat tidurnya'. Rekonstruksi bunglon itu sudah menguak secuil informasi baru, seperti lidahnya yang mirip dengan bunglon modern dan juga berguna untuk menangkap mangsa.
Mengutip CNet.com (06/03/16), selain fosil bayi bunglon itu, ditemukan pula 11 spesimen kadal lain. Mereka kini menjadi koleksi American Museum of Natural History setelah disumbangkan oleh seorang kolektor. Menariknya, tiga di antara 12 spesimen itu berasal dari hutan tropis negara tetangga, Myanmar.
RECOMMENDED ARTICLE
HOW TO
-
Cara pakai Google Maps tanpa internet, tetap bisa jalan walau koneksi hilang tak berjejak
-
Cara terbaru mengetahui siapa yang menggunakan WiFi kita tanpa izin dan memblokirnya
-
Cara menerjemahkan chat WhatsApp pakai AI langsung di aplikasinya, gampang dan tak ribet
-
Cara terbaru merekam layar Macbook tanpa aplikasi tambahan, ringan dan tak bikin lemot
-
Cara terbaru kalibrasi warna monitor secara manual untuk desain grafis, ternyata gampang dan mudah
TECHPEDIA
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini