Menjajal si Classic dari BlackBerry

Menjajal si Classic dari BlackBerry

Techno.id - Beberapa tahun lalu, sebelum Android dan iPhone lahir BlackBerry sukses merajai pasar smartphone di hampir seluruh dunia. Kemampuannya melakukan push e-mail dengan keyboard QWERTY dengan trackball yang kemudian diganti trackpad sukses menarik pasar kelas atas dan pebisnis yang punya segudang aktivitas untuk memakainya sebagai alat pemenuh kebutuhan harian.

Popularitas yang tinggi dari keyboard dan trackpad BlackBerry bahkan sempat jadi kiblat bagi produsen ponsel di berbagai penjuru dunia. Rasanya tak lengkap bila vendor ponsel tak membawa model keyboard QWERTY di ponsel buatannya yang dilepas ke pasaran.

Besarnya popularitas rangkaian kekuatan utama handset BlackBerry di masa lalu itu dimanfaatkan kembali oleh perusahaan yang bermarkas di Waterloo, Kanada itu di handset teranyarnya yang dinamai BlackBerry Classic. Handset yang dikenalkan juga sebagai BlackBerry Q20 ini memang benar-benar membawa tampilan khas perangkat BlackBerry lawas di masa kejayaannya.

Pihak BlackBerry Indonesia mengklaim sebagian besar pengguna produknya masih sangat loyal khususnya pada handset yang dibekali keyboard fisik. Ardo Fadhola sebagai Senior Produk Manager BlackBerry South East Asia menyebutkan, masih banyak penggunanya yang merindukan desain lawas yang ada di produk BlackBerry di masa lalu.

John Chen sebagai CEO BlackBerry sendiri menyatakan produk terbarunya yang sengaja dibuat dengan desain dan bentuk yang menyerupai seri BlackBerry lama bakalan jadi obat kangen bagi pasar. Ia juga menyampaikan optimismenya pada kesuksesan penerimaan handset BlackBerry Classic di pasaran karena mengusung bentuk dan sistem navigasi ala BlackBerry jadul yang sangat dicintai pasar.

Techno.id berkesempatan merasakan seberapa kuat handset BlackBerry Classic sewaktu digunakan menaklukkan kebutuhan mobile di luar ruangan, namun tetap terhubung dengan internet. Seperti apakah kekuatan Classic? Simak saja ulasan berikut.


Desain

BlackBerry Classic atau Q20 merupakan produk paling baru yang diluncurkan BlackBerry di Indonesia. Namun, seperti namanya BlackBerry Classic dibuat dengan menghadirkan desain ala BB lawas yang juga sempat beredar di Indonesia. Sewaktu dilihat sekilas, Classic sangat mirip dengan Dakota alias Curve 9900 yang diakui sebagian kalangan punya desain paling bagus daripada produk BlackBerry lain.

Desain klasik di Q20 semakin kental karena adanya 'tool belt' alias sabuk navigasi yang berisi 5 tombol yakni dial call, home/menu, touchpad, back dan end call. Fungsi maupun lokasi tiap tombol yang ada di sabuk navigasi ini sama persis dengan yang pernah ada di seri-seri BlackBerry yang berjalan menggunakan sistem operasi BB OS7 dan sebelumnya.

Frame solid dari material stainless steel secara apik membingkai bodi BlackBerry Classic. Bahan plastik yang dipakai untuk membuat BlackBerry Classic juga boleh dibilang tak sembarangan karena materialnya dibuat dari polikarbonat. Sayangnya, kerangka baja solid di handset ini malah menjadikan perangkat mempunyai bobot yang cukup berat sewaktu berada dalam genggaman, yakni kira-kira seberat 177gram.

Meski begitu, bagian belakang yang dilapisi bahan polikarbonat bertekstur halus berhasil membuat nyaman tangan sewaktu menggenggam Classic. Tekstur lembut yang terdapat pada bagian belakang dan juga material yang digunakan untuk keyboardnya jadi rahasia utama kenyamanan menggenggam handset bongsor ini sewaktu mengetik walau dengan satu tangan.

Layar BlackBerry Classic sudah memakai lapisan Gorilla Glass 3 supaya lebih terlindung dari goresan benda keras. Teknologi multi-touch di layarnya, membuat 10 titik sentuhan sekaligus masih bisa dibaca dengan baik. Namun, layarnya yang berbentuk kotak tetap membuat sulit bila ingin menyentuh layarnya secara bersamaan meski cuma 5 titik sentuhan.

Menjajal si Classic dari BlackBerry


Navigasi Unik

BlackBerry Classic muncul dengan membawa cara navigasi yang unik dibanding handset premium lain sebagai kekuatan utama bagi para penggunanya. Navigasi ini lebih unggul bahkan ketika disandingkan dengan produk BlakcBerry bersistem operasi BB10 lainnya. Pengguna Classic diberi keleluasaan untuk memilih navigasi memakai keypad fisik atau menggunakan navigasi di layar sentuhnya.

Bila tak mau layarnya kotor karena bekas sisa sentuhan jemari, pengguna bisa memakai trackpad untuk memilih aneka menu yang ada di handset ini. Kalau tak mau menyentuh layar, pengguna cuma perlu menyentuh keypadnya, maka navigasi bakal berpindah dari fungsi navigasi layar sentuh ke trackpad.

Hadirnya kembali sabuk navigasi di bawah layar BlackBerry Classic juga akan memudahkan kita mengoperasikan handset dengan satu tangan. Memakai trackpad juga sangat membantu saat bernavigasi di area layar sentuh yang tidak terjangkau jempol sewaktu smartphone dioperasikan dengan satu tangan.

Tombol menu BlackBerry yang kembali hadir secara fisik juga bisa membantu membuka berbagai pilihan menu di setiap aplikasi, ketika dalam posisi homescreen tombol menu akan membuka Quick Setting. Tombol Call dan End Call bisa dimanfaatkan supaya pengguna lebih mudah mengontrol dan akses ke menu panggilan.

Akan tetapi, fitur navigasi yang banyak ini, malah rentan membuat bingung bagi pengguna baru. Kebingungan itu disebabkan sistem operasi BB10 dibangun dengan kekuatan utama di navigasi geser supaya penggunanya tak lagi perlu memakai tool belt maupun trackpad di bagian bawah layarnya.

(brl/red)