Telkomsel diprotes karena pasang tarif berbeda antar wilayah

Telkomsel diprotes karena pasang tarif berbeda antar wilayah

Techno.id - Integritas Telkomsel sebagai salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia kembali dipertanyakan oleh publik. Pasalnya, Telkomsel dikatakan telah menerapkan tarif internet yang berbeda di beberapa wilayah, sebut saja seperti Indonesia Timur.

Suara publik tersebut bermula dari sebuah petisi online yang dikicaukan oleh akun Twitter pribadi Djali Gafur. Dalam petisinya, ia menyuarakan perbedaan tarif internet di kawasan Indonesia Timur yang dirasa terlalu memberatkan.

Adapun tarif internet Telkomsel sendiri saat ini telah terbagi ke dalam 12 zona dengan enam zona beda lainnya, yang artinya merupakan perwakilan dari wilayah. Misalnya, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah merupakan zona pertama, dan seterusnya.

Dalam petisi bertajuk "Internet untuk Rakyat: Save @Telkomsel @KemenBUMN" @kemkominfo" ini, Djali menyebut perbedaan harga antara zona satu dan 12 sebesar 100 persen. "Semisal paket data 2GB di zona satu hanya Rp 65.000, sementara di zona 12 harganya Rp 120.000. Kami di zona 12 tak punya pilihan lain," ujarnya.

Uniknya, Djali bahkan menilai kebijakan Telkomsel ini mengandung unsur ketidak adilan. Hal ini dapat dilihat dari kicauan Djali yang menyebutkan bahwa Telkomsel membeda-bedakan tarif internet berdasarkan wilayah yang sebenarnya masih satu bangsa.

"Banyak orang bilang begini: "Kita tinggal satu atap (Indonesia) kok makan dengan lauk dan menu yang berbeda. Katanya satu bahasa, satu nusa-bangsa, satu tumpah-darah. Tapi kok tarif internet rupa-rupa warnanya?"" sindirnya seperti dikutip dari Merdeka, Sabtu (25/07/2015).

Beberapa saat kemudian, petisi ini langsung ditanggapi oleh pihak Telkomsel. Adita Irawati selaku Vice President Corporate Communication Telkomsel mengatakan, tarif jaringan (Telkomsel) yang berbeda disebabkan oleh besaran biaya yang berbeda pula.

Ia memaparkan, hal ini (perbedaan tarif) karena bergantung pada tingkat kesulitan dan komponen biaya lain untuk membangun infrastruktur di lokasi tertentu. Ia pun menambahkan bahwa biaya untuk Indonesia Timur lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.

(brl/red)