Advan: Naikkan harga produk itu tak populis

Ilustrasi logo Advan © logos.wikia.com
Techno.id - Pelbagai pemain di industri teknologi sedang memutar otak menghadapi nilai tukar rupiah yang terus melempem terhadap dolar Amerika Serikat. Penyesuaian harga merupakan salah satu kebijakan pahit yang terpaksa dikeluarkan banyak pemain industri supaya tak terlalu ‘bonyok’.
Meski telah banyak perusahaan yang telah mengambil kebijakan menaikkan harga produk yang disediakannya, tak begitu dengan Advan. Vendor gadget asal Indonesia tersebut mengaku tidak akan mengambil tindakan menaikkan harga barang buatannya yang telah hadir di pasaran.
“Kami tidak akan melakukan penyesuaian harga untuk produk yang sudah ada di pasar karena tingginya harga dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Kebijakan kenaikan harga kami anggap tidak populis dan kurang bagus untuk pasar,” kata Tjandra Lianto, Direktur Marketing Advan saat ditemui tim Techno.id.
Tjandra Lianto, Direktur Marketing Advan © 2015 Denny Mahardy/Techno.id
Pria berkacamata itu menyatakan punya strategi sendiri untuk menekan dampak negatif yang dirasakan perusahaannya akibat tingginya harga dolar AS. Menekan biaya belanja marketing disebutkan Tjandra jadi trik yang dipilih perusahaan agar tak keteteran menjalankan bisnis di tengah kondisi yang tidak menentu seperti saat ini.
“Kita kurangi pos-pos pengeluaran lain seperti marketing dan iklan tapi tidak menaikkan harga produk. Perusahaan kita menilai langkah ini lebih baik, karena jumlah biaya marketing cukup besar, sekitar Rp20-25 miliar tiap bulan," tambah Tjandra di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (31/8/2015).
Lebih lanjut, Tjandra memaparkan kondisi nilai tukar rupiah yang gamang terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS sangat tak baik untuk industri. Kalau boleh memilih, kata Tjandra, pemain industri merasa lebih baik bila harga dolar AS stabil walaupun tinggi.
“Sebenarnya yang lebih kita perlukan sekarang ini nilai tukar dolar AS yang lebih pasti. Lebih baik kalau mau Rp 14 ribu ya asalkan tetap lebih masuk akal daripada sebentar naik sebentar turun, bingung nanti malah jadinya menentukan harga produk dan biaya produksi,” tandas Tjandra.
RECOMMENDED ARTICLE
- Rupiah melempem, vendor smartphone u2018sunatu2019 biaya promosi
- Kuatnya dolar tak pengaruhi daya beli smartphone di Indonesia
- Syukurlah, Asus tak akan naikkan harga produk karena dolar AS
- Asus pede luncurkan produk baru ditengah prediksi melorot pasar tablet
- Gandeng Barcelona FC, Advan bakal boyong Messi Cs ke Indonesia
HOW TO
-
5 Cara terbaru backup memori di laptop, jaga datamu agar tetap terjaga, hati tenang saat data aman
-
Cara terbaru translate file dokumen dan jurnal bahasa asing ke bahasa Indonesia, cukup sekali klik
-
Cara tampilkan alamat dan nomor di layar HP saat hilang untuk Android, hati jadi tenang
-
10 Trik bikin prompt ChatGPT yang spesifik dan hasilnya langsung bagus tanpa perlu revisi lagi
-
8 Cara terbaru atur grup WhatsApp agar lebih teratur dan efektif, sekali coba admin pasti suka
TECHPEDIA
-
Cara kerja peringatan dini tsunami Jepang, bisa deteksi bencana 10-20 detik sebelum datang
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
Cara kerja peringatan dini tsunami Jepang, bisa deteksi bencana 10-20 detik sebelum datang
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik