Bisnis Anda diterpa bad campaign di medsos, apa yang harus dilakukan?

Bisnis Anda diterpa bad campaign di medsos, apa yang harus dilakukan?

Techno.id - Media sosial dan bisnis dewasa ini memiliki hubungan yang sangat bahkan terlampau erat. Faktanya, jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter, diserbu oleh para pelaku bisnis dari level UKM hingga perusahaan multinasional untuk beragam hal, mulai mempromosikan produk hingga berhubungan dengan konsumen lebih luas serta mudah.

Namun di samping itu, tersembunyi bahaya dari 'rimba' daring yang siap menyerang dan menjungkalkan bisnis Anda kapan saja. Salah satunya ialah bad campaign. Misalnya bisnis Anda, yang begitu bergantung dengan online marketing, diterpa kampanye hitam, apa yang sebaiknya dilakukan?

Menurut Andy Suryansyah, founder Falle, Anda tak perlu panik. Penyebar kampanye hitam, atau yang ia sebut dengan haters, sebenarnya juga bermanfaat bagi bisnis yang diserang.

Ia mencontohkan di tengah upaya membesarkan startup produsen perangkap nyamuk anti-bahan kimia itu, Falle sempat diberondong bad campaign secara bertubi-tubi. Masalah itu muncul pasca Andy menghadiri talk show di sebuah stasiun televisi nasional. Tak lama, beberapa pihak yang tak bertanggung jawab lalu menipu calon pembelinya sembari menyebar rumor bahwa produk Falle tak layak beli.

"Justru adanya haters, nama Falle bisa jadi baik," terang alumnus PENS-ITS tersebut. Sebab, hal itu ia jadikan pecutan untuk menyempurnakan Falle, terutama dari segi kontrol yang sempat menjadi titik lemahnya. Alhasil, dampak baik yang ia rasakan adalah review bernada positif tetap berdatangan walau ada hasutan haters di dunia maya.

"Biarin saja, haters malah membangun kita, lho."

Sebagai solusi, Andy menekankan pentingnya ater-sale service, seperti menelepon customer satu per satu pasca transaksi usai dan memberikan servis gratis selama enam bulan. Dengan cara itu, ia bisa memelihara pembeli yang sudah ia jaring dan membuatnya menjadi konsumen yang loyal.

"Saya ingin customer saya adalah customer yang pintar, bukan customer yang beli karena ikut-ikutan. Saya ngejar orang-orang yang butuh produk saya," tandasnya pada Techno.id.

(brl/red)