Ratusan PC instansi pemerintah diserang, hacker ini sangat berbahaya!

Ilustrasi hacker © gizmodo.com
Techno.id - Jika kita bicara soal kejahatan cyber, banyak sekali kasus yang muncul di permukaan. Dari hal yang umum soal carding, pembajakan, hingga yang marak dilakukan adalah peretasan sistem.
Seperti yang telah diberitakan oleh Merdeka.com® pada hari Jumat (11/09/15) lalu, sekelompok spionase cyber bernama Turla telah menginfeksi ratusan komputer di lebih dari 45 negara.
- Sebelum Telkomsel, 7 situs penting ini juga pernah dikerjai peretas Pesan dan tujuannya pun berbeda-beda.
- Ini penyebab situs pemerintah sering dibobol hacker Jika situs pemerintah bisa dibobol para hacker, data apa saja yang bakal diincar?
- Perusahaan antivirus terkemuka Kaspersky pun diretas! Makin memprihatinkan, perusahaan antivirus sekaliber Kaspersky juga tak luput jadi korban peretasan para hacker!
Tentu saja aksi peretasan ini menimbulkan banyak kekacauan di sejumlah negara, terutama lembaga pemerintah, kedutaan, militer, pendidikan, penelitian serta farmasi. Tak hanya itu, ketika kelompok ini mengincar target yang dianggap penting, mereka tak segan menggunakan mekanisme komunikasi berbasis satelit yang ekstensif pada tahap akhir serangan, untuk membantu mereka dalam menyembunyikan jejak.
Turla menyimak downstream dari satelit untuk mengidentifikasi alamat IP yang aktif dari pengguna Internet berbasis satelit yang sedang online. Kemudian mereka memilih alamat IP tersebut dan menggunakannya sebagai kedok server C&C, tanpa sepengetahuan pengguna IP.
Komputer yang terinfeksi diberi instruksi untuk menarik data dari IP yang terpilih milik pengguna Internet berbasis satelit regular. Data tersebut melintas melalui jalur konvensional menuju teleport dari satelit penyedia jasa Internet, dilanjutkan ke satelit, dan akhirnya turun ke pengguna IP yang dipilih.
Cara kerja para aktor Turla adalah sering menggunakan satelit dari penyedia koneksi Internet yang berlokasi di Timur Tengah dan Afrika. Dalam penelitian Kaspersky Lab, para ahli melihat kelompok Turla menggunakan IP dari para penyedia jasa Internet di Kongo, Lebanon, Libia, Nigeria, Somalia dan Arab Saudi.
Hal inilah yang membuat para peneliti keamanan di negara-negara tersebut kelabakan dan kesulitan untuk menyelidiki lebih dalam serangan semacam ini. Penyebab utamanya adalah, cahaya satelit yang digunakan para penyedia jasa Internet di negara-negara ini biasanya tidak meliputi wilayah Eropa dan Amerika Utara.
RECOMMENDED ARTICLE
- Bergabung dengan Indonesia, Wiko Mobile resmikan gerai pertamanya
- SpaceX perkenalkan armada penerbangan komersil pertama ke luar angkasa
- Menristekdiksi buka jalur khusus untuk film animasi Tanah Air
- Ilmuwan Perancis 'hidupkan' lagi virus dari jaman es, apa tujuannya?
- Telkom University hadiahkan Indonesia e-Mark Award bagi peserta ICT
HOW TO
-
Cara terbaru mengetahui siapa yang menggunakan WiFi kita tanpa izin dan memblokirnya
-
Cara menerjemahkan chat WhatsApp pakai AI langsung di aplikasinya, gampang dan tak ribet
-
Cara terbaru merekam layar Macbook tanpa aplikasi tambahan, ringan dan tak bikin lemot
-
Cara terbaru kalibrasi warna monitor secara manual untuk desain grafis, ternyata gampang dan mudah
-
Cara menghapus aplikasi bawaan Windows yang jarang digunakan, bisa bikin lemot jika diabaikan
TECHPEDIA
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
-
Apa itu pindai mata dan World Coin, ternyata berbahaya bagi data pribadi pengguna
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini