Mengenal lebih jauh teknologi 5G dan dampaknya pada lingkungan

Mengenal lebih jauh teknologi 5G dan dampaknya pada lingkungan

Techno.id - Teknologi jaringan nirkabel generasi ke 5, atau yang lebih dikenal dengan nama 5G terus dikembangkan di Indonesia. Jaringan 5G adalah teknologi jaringan internet nirkabel terbaru yang dinilai lebih unggul dibanding 4G. Bahkan terdapat klaim bahwa kecepatan konektivitas 5G dapat mencapai hingga 100 kali lipatnya 4G.

Jaringan 5G menggunakan paparan gelombang frekuensi yang berbeda dengan jaringan-jaringan sebelumnya. Frekuensi baru tersebut memiliki ruang dan kapasitas yang lebih luas sehingga memperkecil delay pada jaringan internet. Hal ini akan menjadikan cakupan jaringan internet nirkabel pun menjadi lebih besar dan dapat digunakan di manapun.

Jaringan 5G juga mendukung kelancaran operasi Internet of Things (IoT) yang memungkinkan peralatan elektronik untuk saling terkoneksi tanpa campur tangan manusia. Yang mana akan sangat berguna untuk mengurangi penggunaan energi karena peralatan elektronik dapat hidup dan mati secara otomatis.

Mengenal lebih jauh teknologi 5G dan dampaknya pada lingkungan (Foto: Freepik.com/prostockstudio)

Dibalik semua manfaat dan keunggulannya, terdapat kekhawatiran yang cukup serius mengenai efek samping 5G terhadap lingkungan. Dalam jaringan 5G, perangkat-perangkat yang digunakan memerlukan daya yang lebih besar dan frekuensi yang lebih tinggi, sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan juga semakin besar.

Menurut laporan High Council for The Climate pada Desember 2020 lalu, perilisan 5G berpotensi meningkatkan emisi karbon sampai 14% banyaknya di tahun 2030 nanti. Dalam artian 5G dapat memperparah kondisi pemanasan global.

Meluasnya jaringan 5G juga akan berpotensi meningkatkan sampah elektronik dalam efek jangka panjangnya. Perangkat-perangkat elektronik yang tidak mendukung penggunaan 5G nantinya akan berakhir pada pembuangan karena tidak bisa lagi digunakan. Kedepannya akan berefek buruk terhadap ekosistem lingkungan.

Lebih jauh lagi, tingginya frekuensi pada 5G juga dapat mengganggu ritme sirkadian (perubahan fisik, mental, dan perilaku yang mengikuti siklus 24 jam) pada tubuh manusia yang bertanggung jawab mengatur dengan pola tidur dan sistem reproduksi manusia. Selain efek pada manusia, radiasi pada frekuensi 5G juga bisa berefek pada makhluk hidup lainnya.

Mengenal lebih jauh teknologi 5G dan dampaknya pada lingkungan (Foto: Freepik.com/macrovector)

Penelitian yang dilakukan Universitas Punjab tentang burung pipit yang terpapar radiasi menara jaringan seluler selama lima hingga tiga puluh menit dan menghasilkan telur yang cacat. Studi lain di Spanyol pun menunjukkan bahwa radiasi elektromagnetik dari menara seluler dapat mengganggu kebiasaan berkembang biak dan penetasan pada burung.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa serangga, termasuk lebah madu, menyerap lebih banyak radiasi dari spektrum frekuensi yang dikeluarkan 5G. Hal ini dapat menyebabkan perubahan perilaku dan fungsi serangga dari waktu ke waktu.

Namun, bukan berarti teknologi 5G tidak dapat dikembangkan menjadi teknologi berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan dari teknologi 5G, seperti contohnya melakukan dekarbonisasi. Menggunakan jaringan 5G juga membutuhkan energi listrik yang besar, melakukan dekarbonisasi pada kebutuhan listrik sangat mungkin dilakukan.

Selain itu tindakan menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang dan menggunakan teknologi yang lebih hemat energi juga menjadi opsi lain untuk lingkungan yang lebih terjaga.

Magang : Millenia Ramadita

(brl/red)