Mahasiswa UB ciptakan Mastitis Electrical Biomedis

Ilustrasi sapi perah © 2015 agriland.ie
Techno.id - Berawal dari permasalahan penyakit mastitis yang disebabkan oleh bakteri pada kelenjar susu sapi, lima mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan alat terapi mastitis untuk sapi perah. Ya, alat yang ditujukan untuk meningkatkan produksi susu sapi ini dinamakan Mastitis Electrical Biomedis atau Mastimedis.
Semua teknologi biasanya tercipta karena adanya permasalahan, tak terkecuali untuk Mastimedis. Alat ini dibuat untuk mencari jalan keluar atas keresahan peternak sapi perah yang merugi karena kelenjar susu sapi ternaknya telah dicemari oleh bakteri "patogen staphylococsus aureus" dan "streptococcus agalactiae".
"Sapi yang terjangkit mastitis akan merugikan peternak dalam jumlah cukup besar, seperti penurunan produksi susu, kualitas susu, penyingkiran susu, biaya perawatan dan pengobatan yang juga tinggi, serta pengafkiran ternak lebih awal," kata Rifai, mahasiswa Fakultas Peternakan UB angkatan 2013, seperti yang dikutip dari AntaraNews (26/9/15).
Apabila bakteri ini dibiarkan hidup di kelenjar susu sapi, bisa jadi produksi susu nanti akan ikut tercemar. Sebenarnya, persoalan ini sudah diketahui oleh para peternak, sayangnya mereka hanya melawan bakteri tersebut dengan pengobatan antibiotik, seperti antiinflam (mastitis klinis). Sedangkan, bakteri itu sendiri sepertinya sudah kebal dengan obat antibiotik. Oleh sebab itu, lima mahasiswa ini berusaha menumpas habis bakteri dengan kejutan listrik.
"Dengan menggunakan temuan kami (Mastimedis) dapat membunuh bakteri patogen penyebab mastitis dengan prinsip elektroporasi (kejutan listrik), yaitu bakteri akan mati pada frekuensi dan tegangan tertentu. Kami menginovasikan alat ini dengan prinsip elektroporasi, sehingga menghindari penggunaan antibiotik karena antibiotik dapat mengakibatkan residu pada susu yang tidak baik apabila terkonsumsi," ujarnya.
Selain Rifai, empat mahasiswa lainnya yang turut ambil bagian dalam terciptanya Mastimedis adalah Ahmad Azmi Khoirul (Fapet 2011), Bekti Sri Utami (FKH 2013), Handriawan Junianto (FT 2012), dan Mohammad Abdul Aziz (Fapet 2014). Penelitian kelima mahasiswa tersebut di bawah bimbingan dosen Dr Puguh Surjowardojo.
RECOMMENDED ARTICLE
- Konsultasikan kesehatan Anda dengan aplikasi karya mahasiswa UGM
- Mahasiswa ITB gunakan gelombang air laut untuk hasilkan listrik
- UNY memanfaatkan limbah telur sebagai pakan bebek alternatif
- Mahasiswa gemar melakukan ini ketika menggunakan smartphone
- Mahasiswa Swedia membuat mesin cuci piring dari printer 3D
HOW TO
-
5 Cara terbaru backup memori di laptop, jaga datamu agar tetap terjaga, hati tenang saat data aman
-
Cara terbaru translate file dokumen dan jurnal bahasa asing ke bahasa Indonesia, cukup sekali klik
-
Cara tampilkan alamat dan nomor di layar HP saat hilang untuk Android, hati jadi tenang
-
10 Trik bikin prompt ChatGPT yang spesifik dan hasilnya langsung bagus tanpa perlu revisi lagi
-
8 Cara terbaru atur grup WhatsApp agar lebih teratur dan efektif, sekali coba admin pasti suka
TECHPEDIA
-
Cara kerja peringatan dini tsunami Jepang, bisa deteksi bencana 10-20 detik sebelum datang
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik
-
Skype berhenti beroperasi setelah lebih dari 20 tahun, ganti jadi produknya Microsoft yang satu ini
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
Cara kerja peringatan dini tsunami Jepang, bisa deteksi bencana 10-20 detik sebelum datang
-
5 Tanggal Steam Sale paling populer yang termurah, game harga ratusan ribu bisa dapat diskon 90%
-
Intip canggihnya Galaxy S25 Edge, bodinya bakal cuma setebal biji beras?
-
Tinggal diajak ngobrol, chatbot AI punya Netflix ini bisa kasih rekomendasi film yang asyik