Lawan GrabBike, Go-Jek andalkan nasionalisme

Lawan GrabBike, Go-Jek andalkan nasionalisme

Techno.id - Kemacetan jalanan Jakarta menjadi momok yang masih belum terpecahkan di ranah transportasi yang ada di Indonesia. Taksi motor alias ojek bisa dibilang jadi andalan untuk menaklukkan padatnya lalu lintas Ibukota Indonesia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Kawin silang antara teknologi dan layanan transportasi ojek melahirkan Go-Jek sebagai penyedia aplikasi pemesanan taksi motor bagi pengguna perangkat smartphone. Kepiawaian Nadiem Makarim selaku CEO Go-Jek, membuat layanannya segera melesat dan begitu populer.

Sejak didirikan pada tahun 2011 silam, Go-Jek telah berhasil memiliki armada hingga 2.500 pengemudi ojek di Jakarta dan beberapa kota lainnya. Ribuan pesanan ojek melalui aplikasi Go-Jek diklaim berhasil dijaring setiap harinya.

Sayangnya, ketenangan Go-Jek dalam menikmati manisnya industri layanan pesan ojek lewat aplikasi, terusik belakangan ini setelah GrabTaxi ikut meluncurkan layanan serupa bernama GrabBike. Tak tanggung, perusahaan asal Malaysia itu menggelontorkan dana sekitar Rp 4,5 triliun demi melahirkan layanan GrabBike di Jakarta.

Demi meraih hati pengguna smartphone, GrabBike pun menyediakan promo Goceng yang membuat pengguna layanannya hanya perlu membayar Rp 5.000 ke mana pun memakai ojek miliknya. Lewat pengemudi GrabBike, diketahui bahwa GrabBike menyediakan dana sebesar Rp 5 miliar yang dibagikan bagi para pengemudinya agar rajin menarik penumpang meski 'dibayar' Rp 5.000 saja.

Go-Jek tak mau tinggal diam. Perusahaan itu pun kemudian melahirkan promo Ceban sebagai tandingan GrabBike. Serunya, tarif Rp 10 ribu dari Go-Jek tak hanya bisa dinikmati untuk mengantarkan penumpang melainkan pengiriman paket maupun pesanan makanan lewat Go-Food yang juga jadi layanan dasar dari Go-Jek.

Namun permasalahan lain muncul bagi Go-Jek. GrabBike diam-diam menawarkan sistem bagi hasil yang lebih menarik bagi para pengemudinya, yakni 10 persen dari tarif untuk GrabBike dan sisanya dimiliki pengemudi. Jumlah itu lebih besar daripada yang diterapkan Go-Jek yaitu 20 persen dari tarif untuk Go-Jek dan 80 persen untuk pengemudi.

Meski begitu, Nadiem mengaku tak takut para pengemudinya akan melarikan diri dan pindah ke GrabBike. Dirinya mengklaim Go-Jek memiliki solidaritas yang tinggi dan lebih memahami kondisi lokal yang ada di Indonesia karena layanan ini lahir sebagai karya anak bangsa Indonesia

Tak hanya itu, rasa nasionalisme dari pengemudi Go-Jek diakui Nadiem jadi kekuatan bagi perusahaannya dalam mengembangkan diri di tengah persaingan melawan GrabBiike yang memang datang dari Negeri Jiran

"Driver dan customer kami sangat loyal dan nasionalis, layanan kami lebih banyak dan service unggul. Andalan mereka (GrabBike) hanya dana besar, tapi masyarakat Indonesia bangga dengan Go-Jek dan pasti akan mendukung karya anak bangsa," aku Nadiem bernada optimis.

(brl/red)