Industri film animasi melemah, MD Animation rumahkan ratusan karyawan

Industri film animasi melemah, MD Animation rumahkan ratusan karyawan

Techno.id - Industri animasi khususnya film memang tak 'seterang' industri digital lainnya seperti game, aplikasi, dan lain sebagainya.

"Berbeda dengan sinetron-sinetron yang cost produksi hanya Rp 80 juta per episode tapi bisa dijual lebih dari itu. Makanya, tidak heran banyak sinetron yang sukses daripada film animasi," ujar Asisten Produser Dreamtoon, Donny Sugeng Riyadi, dikutip dari Merdeka.com.

Kesulitan itulah yang membuat industri animasi lemah bila dibandingkan dengan industri digital lainnya. Sementara pemerintah, belum bisa berbuat apa-apa tentang hal ini. Ironisnya, ekonomi kreatif selalu didengungkan di era pemerintahan saat ini.

Kabar tidak mengenakkan dialami MD Animation akibat industri animasi tak berkembang. Dilansir oleh Merdeka.com (25/08/15), perusahaan MD Animation dikabarkan bubar. Namun, kabar itu dibantah oleh Pimpinan Creative MD Animation, Freddy Nindan. MD Animation hanya melepas ratusan karyawan gara-gara industri yang melemah.

"Tidak benar, yang benar adalah hubungan kerja dengan para animator akan memakai sistem 'on project basis'. Sehingga bisa lebih memacu kinerja baik secara kualitas maupun kuantitas," ungkapnya.

"Kita lepas 120 an karyawan," tambahnya.

Dirinya mengakui melepas karyawan MD Animation, supaya bisa menyiasati fixed cost. Kendati begitu, ada beberapa tim yang masih memperkuat MD Animation.

Sementara itu, Direktur MD Animation, Dana Riza, mengatakan jika MD Animation bukan bubar hanya perubahan strategi operasional dan manajemen produksi.

"Proses kreatif dan produksi tetap berlanjut. Produk-produk baru tetap akan dirilis," katanya yang juga Merdeka.com konfirmasi melalui pesan singkat.

Di sisi lainnya, anak usaha dari MD Entertainment ini telah menghasilkan karya yang memiliki hak cipta atau intelectual property sebanyak 6 tittle antaranya Tendangan Halilintar, Adit Sopo Jarwo, Pasukan Pelangi, Cherrybelle, DBanditoz, dan Markas Impian.

(brl/red)