3-5 Tahun lagi, Bhinneka.com siap go public

3-5 Tahun lagi, Bhinneka.com siap go public

Techno.id - Seiring bertambahnya jumlah pemain e-commerce di Tanah Air, Bhinneka.com terus berbenah diri dan tak mau dianggap ketinggalan zaman. Bulan November lalu, e-commerce yang kuat di kategori produk 3C (Computer, Communication Technology, dan Consumer Electronics) ini akhirnya menerima pinangan Ideosource senilai Rp 300 miliar.

Berbekal dukungan dari perusahaan konglomerat besar, Bhinneka pun kini mengaku siap menghadapi para pemain baru. Lalu, rencana apa saja yang akan dilakukan Bhinneka di tahun 2016 mendatang? Berikut kutipan wawancara M Syakur Usman dari KapanLagi Network (KLN) dengan CEO Bhinneka.com, Hendrik Tio di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Sejak 1999, baru tahun ini Bhinneka terbuka terhadap investor. Mengapa menerima investasi dari Ideosource?

Saya kenal sudah cukup lama dengan Andi S Boediman, Managing Partner Ideosource. Sudah 15 tahun kenal dia, waktu masih di Digital Studio. Nah, beberapa tahun lalu, sempat ketemu juga, saya diinformasikan sudah di Venture Company. Ngobrol sederhana, tapi tidak melanjutkan lebih jauh. Pada akhir tahun lalu, Pak Andi kontak saya lagi. Mereka ingin bicara lebih jauh dan serius.

Saya secara pribadi karena sudah kenal lama, maka secara chemistry juga sudah masuk. Saya bilang, kalau serius, ayo bicara. Itu pada April 2015. Waktu kita ketemu dan ngomong, klop dengan apa yang saya impikan. Saya bilang, kalau mau masuk, mesti serius, mesti rise fund. Dia bilang oke untuk rise fund.

Pertama, saya terima tawaran Pak Andi karena secara chemistry nyambung. Visinya juga klop banget. Saya melihat ada value dari investor yang kami bisa dapat. Seperti jaringannya (network), membantu kami memperluas kenalan dan memperkenalkan kami dengan orang-orang teknologi.

Kedua, Pak Andi mengerti marketing. Networking dan pengetahuannya otomatis membantu kami di network dan marketing. Apalagi meski cukup lama, Bhinneka berkembang dan maju karena world of mouth. Jadi yang kami lihat, Pak Andi tidak hanya membawa dana, tapi membawa value-value dari sisi teknologi, marketing, networking, dan lain-lain.

Pak Andi juga meruncingkan visi kami bersama. Misalnya, Bhinneka itu sudah jadi pemenang di kategori produk 3C. Ini yang penting dan jadi core business, sehingga perlu dikembangkan lebih bagus lagi. Pak Andi juga sepaham, Bhinneka punya potensi bisnis yang bisa dibawa ke arah initial public offering (IPO). Itu visi kami yang sama. Sebab Bhinneka adalah satu-satunya perusahaan e-commerce yang punya peluang untuk IPO, karena kami profit dan taat pajak, sehingga bisa dimonetisasi.

Dana Rp 300 miliar akan digunakan untuk apa saja?

Dana tersebut tidak akan saya gunakan untuk marketing, jor-joran, atau perang-perangan. Karena saya bukan orang yang mengidolakan model taktik perang harga. Saya merasa smart marketing jauh lebih baik.

Kegiatan marketing penting untuk popularitas. Kami tetap perlu spending untuk membuat Bhinneka tetap populer. Kalau populer, orang tahu ada Bhinneka. Jadi aktivitas marketing harus ada, tapi apakah harus melakukan perang harga?

Lalu apa lagi? Customer service. Kalau customer service bagus, konsumen akan balik lagi. Apakah harga murah termasuk customer service, iya termasuk. Jadi prinsipnya harga jual harus fair dan melayani lebih baik. Itu smart marketing ala Bhinneka. Saya yakin, customer yang dilayani lebih baik otomatis akan kembali.

Fokus usaha apa saja yang akan dilakukan di 2016?

Bicara pasar, Bhinneka besar di segmen Business to Business (B2B) dan business to goverment (B2G). Untuk Business to consumer (B2C), kami masih punya banyak ruang untuk memperbesar diri. Jadi fokus kami di tahun depan adalah kegiatan marketing di segmen B2C.

Di B2C, kompetitor terdekat adalah Lazada dan Blibli.com. Bahkan Tokopedia juga bisa menjadi kompetitor, tapi dari sisi popularitas, bukan dari sisi barang. Sebab dari sisi konsumen, semua itu e-commerce. Setidaknya kompetitor dalam top-of-mind di benak konsumen.

Bisa digambarkan kinerja Bhinneka tahun ini?

Bhinneka.com, satu-satunya e-commerce unik di Indonesia dibandingkan e-commerce lain. Karena kami punyai berbagai channel, yakni online, offline, B2B, B2G, dan lainnya. Kami dinamakan juga online-to-offline channel atau O2O. Ini perusahaan yang membuktikan bahwa keduanya (online dan offline) bisa hadir. Seperti Amazon.com yang membuka toko offline, ini membuktikan offline tidak ada matinya.

Terkait jumlah transaksi, masih kecil, tapi basket size lumayan besar. Secara omzet, saya berani katakan, kami salah satu yang besar, yakni, sekitar Rp 1 triliun per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 40 persen per tahun. Pasti orang tidak menyangka. Kami hanya kalah dari sisi popularitas. Segmen B2B berkontribusi 30 persen terhadap omzet. Sedangkan B2C sekitar 60 persen.

(brl/red)