Waduh, pegawai di Amerika rawan sekali menerima cyber-bullying!
Techno.id - Kantor seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja dan bersosialisasi. Namun faktanya tidak begitu. Sebuah survei yang memantau kasus cyber-bullying di tiga negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman, ternyata berhasil mendapatkan kesimpulan bahwa lingkungan kerja di negara maju pun tak selalu kondusif.
Survei ini bagai sebuah tamparan bagi warga dan pemerintah Amerika Serikat. Pasalnya, telah terungkap bahwa pegawai di Negeri Paman Sam kerap menerima bentuk bullying seperti hinaan melalui dunia maya, seperti lewat email, sosial media, pesan instan, sampai SMS. Terbukti, ada sekitar 15 persen dari 4.000 responden yang mengamini atau pernah mengalami hal memilukan tersebut.
-
Contoh bullying di lingkungan kerja, lengkap dengan penjelasannya Bullying dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan mental, emosional, dan fisik korban
-
Pengertian bullying, ciri-ciri dan cara mengatasinya Pada zaman yang sudah maju ini, bullying bisa dilakukan lewat telepon, mengirim pesan melalui SMS atau email, dan komentar buruk di medsos.
-
Pengguna media sosial lebih rentan terkena serangan cyber Indonesia menjadi target serangan cyber karena masyarakatnya sering menggunakan media sosial.
Lalu, ada Jerman, yang pada dasarnya tidak melakukan cyber-bullying yang sifatnya gamblang. Bentuk intimidasi yang lazim di negara yang terletak di Eropa Barat ini adalah pergunjingan. Sejumlah 560 responden mengaku pernah memergoki diskusi rahasia rekan kerjanya di dunia maya. Jumlah itu memperoleh persentase sebesar 14 persen.
Apabila dibandingkan dengan dua negara di atas, kultur kerja di Inggris relatif lebih aman. Angka cyber-bullying di negara ini tidak lebih dari sepuluh persen. Bentuk intimidasi yang lazim di tanah Ratu Elizabeth ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat, yaitu penghinaan ofensif di melalui komunikasi digital.
Hasil survei selengkapnya dapat dilihat di grafis berikut:
Perundungan (atau bullying) memang hal yang sulit untuk dihindarkan, apalagi dengan adanya dunia maya sebagai lahan "pelampiasan" lain. Untuk meredam hal ini, ada baiknya jika pihak pegawai maupun atasan bahu membahu menciptakan kultur yang nyaman dan mempererat hubungan komunikasi, sehingga tidak ada rasa segan dari pegawai untuk melapor pada atasan jika terjadi situasi yang tak diharapkan.
Itulah beberapa pemaparan realitas dari AVG di tahun 2013 lalu. Semoga saja karakter masyarakat Indonesia yang rukun dan ramah belum luntur, termasuk saat berada di lingkungan kerja.