Ini 7 alasan robot dengan kecerdasan buatan tidak bisa gantikan peran manusia

Advertisement

-

3. Proses kreativitas yang terbatas

(Foto: Freepik.com/ user850788)

Tidak seperti manusia yang mampu menjadi penyusun ide-ide kreatif, kecerdasan buatan hanya mampu mencetuskan ide-ide kreatifnya berdasarkan data-data yang dimiliki. Karena hanya mengandalkan data yang sudah diinput, kecerdasan buatan tidak mampu menyusun ide kreatif yang “original” seperti manusia. Inilah yang menyebabkan proses kreativitas pada kecerdasan buatan sangat terbatas dan tidak dapat membuat inovasi-inovasi baru.

4. Kecerdasan buatan bukan sistem yang independen

(Foto: Freepik.com/rawpixel.com)

Istilah kecerdasan buatan sendiri sudah mengindikasikan manusia sebagai penciptanya. Manusia yang merancang sistem coding pada kecerdasan buatan, manusia yang menginput data-data yang diperlukan, manusia yang mengawasi sistemnya, manusia juga yang menggunakan kecerdasan buatan. Sederhananya, berbagai perkembangan pada kecerdasan buatan masih membutuhkan campur tangan manusia. Tanpa manusia, keberadaan kecerdasan buatan tidak akan pernah ada, kecerdasan buatan tidak bisa berdiri dengan sendirinya.

5. Soft skill

(Foto: Freepik.com/peoplecreations) 

Kecerdasan buatan tidak mampu mengembangkan soft skill layaknya manusia. Kecerdasan buatan tidak diprogram untuk berkolaborasi dengan manusia, bekerjasama, berpikir kritis, dan bahkan berkomunikasi dengan efektif. Kemampuan-kemampuan yang dikenal dengan istilah soft-skill ini yang hanya bisa dikembangkan oleh manusia. Keberadaannya pun sangat dibutuhkan di dunia industri di dalam perkembangannya.

6. Pelengkap bukan pesaing

(Foto: Freepik.com/rawpixel.com)

Sedari awal eksistensi kecerdasan buatan semata-mata sebagai pelengkap kebutuhan-kebutuhan manusia, bukan sebagai pesaing. Sejatinya yang hanya bisa menjadi pesaing manusia adalah manusia lainnya, tidak dengan kecerdasan buatan. Tidak dapat dipungkiri kecerdasan buatan berpotensi untuk mengganti sebagian besar pekerjaan-pekerjaan manusia. Namun kebanyakan pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang bersifat repetitif dan tidak membutuhkan perhatian lebih.

Perkembangan teknologi malah akan membuka kesempatan yang lebih besar untuk pekerjaan-pekerjaan baru. Seperti laporan yang dilansir pada World Economic Forum, pada tahun 2025 kecerdasan buatan diprediksi akan menggantikan setidaknya 85 juta pekerjaan manusia. Walaupun begitu terdapat 97 juta pekerjaan baru yang akan muncul karena andil kecerdasan buatan itu sendiri.

7. Masih membutuhkan verifikasi

(Foto: Freepik.com/pixelshunter)

Masalah terbesar pada kecerdasan buatan terutama Chat GPT adalah ketidakakuratan data yang dimiliki dan masih membutuhkan verifikasi dari manusia. Kemampuannya untuk menyerap informasi dengan cepat sekaligus menjadi kelemahannya karena tidak mempunyai logika untuk pertimbangan kebenaran informasi. Maka dari itu tidak disarankan untuk mengambil informasi mentah-mentah dari model kecerdasan karena belum tentu benar dan akurat.

Advertisement


(brl/red)