BJ Habibie Technology Award dorong pelaku teknologi berinovasi

BJ Habibie Technology Award dorong pelaku teknologi berinovasi

Techno.id - Dalam pembangunan suatu negeri, inovasi berperan sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya invensi ataupun hasil perekayasaan yang berhasil dimanfaatkan oleh para mitra pengguna, baik kalangan bisnis maupun pemerintahan. Peningkatan inovasi ini juga dituangkan dalam visi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan bahwa penguasaan dan kemajuan teknologi selalu menjadi tolak ukur sebuah bangsa. Tak hanya dapat memanfaatkan teknologi yang ada, sebuah negara juga harus mampu mencipta, melakukan inovasi, dan mengembangkannya. Oleh karena itu, BPPT ingin merangsang minat pelaku teknologi dengan memberikan penghargaan BJ Habibie Technology Award.

"Untuk mendorong pelaku teknologi agar terus berinovasi dan menciptakan teknologi, maka BPPT menginisiasi pemberian penghargaan kepada para pelaku teknologi melalui sebuah kegiatan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA). Penghargaan ini adalah pemberian penghargaan tertinggi kepada insan pelaku teknologi yang berjasa pada bangsa dan negara Indonesia dalam berinovasi dan berkreasi menghasilkan karya nyata di bidang teknologi," kata Unggul di acara penganugerahan BJHTA 2015, di Auditorium BPPT, Jakarta, seperti yang dikutip dari laman resmi BPPT (21/8/15).

Kira-kira siapa yang berhak mendapatkan penghargaan BJHTA? Setelah mempertimbangkan dengan seksama, tim penilai memilih dan menyepakati bahwa pemenang Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award 2015 jatuh kepada Warsito P. Taruno dengan karya teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT). Teknologi tersebut merupakan sebuah sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang telah diaplikasikan secara luas di dunia industri dan medis.

"Teknologi yang ditemukan dan dikembangkan Warsito ini telah dikenal di dunia Internasional. Banyak lembaga dunia telah menggunakan ECVT untuk pengembangan lebih lanjut, seperti Departemen Energi AS, NASA, Kyoto University, Ohio State University, University of Cambridge, King Abdul Aziz University, University Kebangsaan Malaysia, dan University of Malaya. Sedangkan di Indonesia sendiri, teknologi ECVT telah digunakan untuk memindai tabung gas, pemindaian shale gas, pendeteksian aktivitas dan disfungsi otak, serta pemindaian kanker payudara," ujar Unggul.

(brl/red)