Pegiat open source: 10 Tahun Indonesia terjebak software berbayar

Pegiat open source: 10 Tahun Indonesia terjebak software berbayar

Techno.id - Pegiat open source, Onno W. Purbo mengatakan bahwa Indonesia sudah terjebak dengan perangkat lunak berlisensi selama 10 tahun lamanya. Menurutnya, hal ini kian diperburuk lantaran masyarakat di Tanah Air yang tak kunjung sadar juga.

"Itu sudah cerita lama 10 tahun lebih. Kebanyakan, orang Indonesia gak sadar-sadar. Soalnya beli pun cuma keluar Rp 1-4 juta per laptop. Itu rasanya wajar. Padahal kalau seluruh Indonesia bisa jadi USD 300 jutaan per tahunnya," ujarnya sebagaimana dikutip dari Merdeka, Kamis (29/10).

Sebagai gambaran sederhananya, ia kemudian mencontohkan analogi masyarakat Indonesia yang membeli ponsel di Indonesia. Uang yang digunakan untuk membeli ponsel itu tidaklah menetap di Indonesia, melainkan 'melarikan diri' ke luar negeri.

"Sama dengan smartphone. Anda pasti biasa saja ketika akan membeli smartphone seharga Rp 600 ribuan hingga 1,5 jutaan. Padahal, uang yang keluar untuk membeli smartphone itu sebenarnya akan pergi ke Korea Selatan atau Tiongkok," paparnya.

Di saat yang bersamaan, Onno Purbo juga tak menampik bahwa Indonesia adalah pasar negara berkembang yang potensial. Alhasil, Indonesia menjadi incaran yang sangat berharga bagi para vendor luar negeri. Namun, bukan berarti Onno Purbo akan meragukan Indonesia sebagai produsen di masa depan.

"Di mana-mana yang namanya konsumen dan memiliki rasa ketergantungan, pasti akan keluar banyak uang. Tapi kalau mau dapat uang, ya harus jadi produsen, ya harus lepas dari software berlisensi. Saya sendiri sudah lepas dari Microsoft, sekarang ini bikin OS dan aplikasi Android sendiri, karena open source," jelasnya.

(brl/red)