Ternyata begini cara mengolah sampah elektronik

Advertisement

Techno.id - Terkait pengolahan sampah elektronik, Rafa Jafar (12 tahun), Inisiator e-waste Drop Zone mengatakan bahwa sampah elektronik itu harus didaur ulang dengan cara yang baik. Namun pada umumnya mayoritas orang melakukan 3 cara terhadap sampah elektronik yaitu dengan cara menghancurkan, mengubur dan membakar.

Dari ketiga cara tersebut, RJ mengatakan memiliki potensi negatif masing-masing. "Dengan menghancurkan, racun akan langsung terpapar ke tubuh. Jika mengubur racunnya bisa lewat tanah dan tanaman yang ditanam akan beresiko tinggi mengandung kandungan berbahaya. Yang ketiga dibakar, lewat asap akan sangat berbahaya karena udara mengandung B3. Jadi e-waste harus didaur ulang dengan cara yang proper, " pungkasnya.

Lebih lanjut, diungkapkan oleh RJ, India dan Cina paling banyak memiliki e-waste yang disusul oleh Indonesia di posisi ketiga. Menurutnya, Negara maju yang belum memiliki mesin pengolahan sampah elektronik akan mentransfer ke Singapura namun harus merogoh kocek yang dalam sehingga banyak yang beralih ke Cina.

Meski demikian, untuk hal pengolahan limbah elektronik ini pihaknya bekerjasama dengan PT Tes Amm Indonesia sebagai perusahaan pengolahan sampah elektronik, Chandra Paramita, Manager Marketing Tes Amm Indoneia mengatakan akan meneruskan proses daur ulang setelah e-waste terkumpul di drop zone. "Apa yang kami kerjakan setelah e-waste dikumpulkan akan dipilah menurut jenis. Ada kabel, handphone dan komputer yang kemudian akan dibongkar. Karena di dalam perangkat ada plastik, logam dan didaur ulang sesuai bahan. Prinsipnya bongkar, pisahkan dan daur ulang, ” ungkap Chandra.

Selanjutnya, Chandra menambahkan bahwa barang yang telah didaur ulang akan digunakan kembali karena sudah menjadi bahan mentah. "Jadi plastik dari handphone dengan kualitas tinggi mungkin akan berkurang kualitasnya namun bisa digunakan untuk membuat ember. Untuk logam akan balik menjadi logam, tembaga akan menjadi tembaga lagi sehingga bisa dimanfaatkan kembali untuk barang-barang yang lain, ” tutur Chandra.

Ke depannya, RJ mengatakan masih akan terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah elektronik jika tidak mendapat penanganan secara baik. "Terlebih lagi Indonesia memiliki konsumsi gadget terbanyak, " tutup RJ.

Advertisement


(brl/red)