Telkom: OTT bukan ancaman, melainkan peluang!

Advertisement

Techno.id - Menghadapi era keterbukaan teknologi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk alias Telkom menegaskan kesiapannya menghadapi para pemain Over The Top (OTT) atau perusahaan penyedia layanan yang memanfaatkan jaringan operator telekomunikasi. Salah satu 'tetua' bidang komunikasi di Indonesia ini mengungkapkan bahwa OTT adalah peluang baru yang harus digarap, bukannya ancaman yang banyak dikhawatirkan oleh beberapa pihak selama ini.

"Kami menganggap OTT tidak sebagai ancaman, tetapi peluang baru yang harus digarap. Kita sudah menyiapkan sejumlah jurus untuk menghadapinya. Namun, perlu diingat dalam menjalankan bisnis OTT juga harus mengikuti aturan secara fair," ujar Dian Rachmawan, Direktur Konsumer Telkom seperti dilansir oleh Antara (12/2/16).

Sekadar informasi, area OT yang bersinggungan langsung dengan telekomunikasi adalah OTT Voice dan OTT Messaging atau Social Media seperti Skype, WhatsApp, LINE, Viber, KakaoTalk, GoogleTalk, WeChat, dan Telegram. Selain itu, ada juga OTT Content atau Video dan OTT Cloud Computing yang diyakini akan menjadi OTT dengan pertumbuhan tertinggi dalam waktu dekat.

Lebih lanjut, Diang mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi antara lain mempertahankan jasa voice eksisting dan menawarkan kualitas yang lebih baik seperti cristal clear voice untuk dapat menarik minat pengguna.

"Di media sosial melakukan manage retreat. Di Video atau Content menawarkan platform internet TV, sedangkan pada Cloud atau IoT atau M2M menawarkan platform cloud computing dengan mengoptimalkan infrastruktur milik Telkom. Misalnya, penggunaan data center atau solusi dari TelkomSigma," ujar Dian.

Tak ketinggalan, Dian menjelaskan jika salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara operator dengan OTT adalah masalah kedaulatan baik itu soal pengelolaan jaringan atau mematuhi regulasi di sebuah negara. Untuk itu, Dian mengharapkan semua pihak bisa melihat lebih jernih fenomena OTT dengan mempunyai kesatuan pandangan bahwa negara dan bangsa harus berdaulat atas pendayagunaan internet untuk kepentingan bangsa yang meliputi seluruh aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan.

"Harap diketahui, sebagian besar pemain OTT bermarkas di Amerika, kita tentunya tidak bisa meniru secara ekstrem seperti Tiongkok yang tidak mengizinkan Facebook, Google, Amazon, PayPal dan mengganti dengan QQ, Baidu, Alibaba, Alipay. Namun, paling tidak ada pendekatan jalan tengah yang juga memberdayakan pemain-pemain OTT lokal untuk kedaulatan NKRI," pungkas Dian.

Advertisement


(brl/red)