Metode direct lebih efisien dalam menekan estimasi biaya

Advertisement

Techno.id - Sebuah perdebatan alot mengenai kebijakan penataan ulang 4G di frekuensi 1800 MHz mulai dibahas dari pihak operator dan pemerintah. Semenjak dikeluarkannya surat edaran Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 1 tahun 2015, dunia telekomunikasi Indonesia mulai berdiskusi mengenai implementasi edaran ini.

Berdasarkan Merdeka (31/3/15), penataan ulang ini bertujuan agar operator bisa menempati blok pita frekuensi secara berurutan demi mengoptimalkan spektrum yang mereka miliki. Perdebatan ini berlangsung sangat alot ketika harus menentukan wilayah mana yang menjadi prioritas serta metode perpindahan kanal frekuensinya. Akan tetapi, ada faktor yang menjadi permasalahan, yaitu metode perpindahan kanal frekuensi antara direct atau indirect.

Bukan tanpa sebab karena dua metode ini akan berpengaruh juga dengan biaya yang dikeluarkan. Jika empat operator menggunakan metode direct maka estimasi biaya perpindahan kanal frekuensi bisa ditekan. Dari perkiraan biaya sekitar Rp. 1 triliun bisa anjlok ke angka Rp.500 miliar.

Disela relaunching brand Axis di Jakarta, Dian Siswarini sebagai Wakil Direktur XL dan salah satu petinggi di Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengungkapkan, "Kalau secara total biayanya Rp 500 miliar, dan khusus untuk XL sendiri alokasinya Rp 100 miliar,". Namun tidak semua pihak operator mempunyai sudut pandang yang sama dengan Dian.

Sebut saja Telkomsel yang lebih memilih perpindahan kanal indirect. Tentu saja alasan kuat dilontarkan pihak Telkomsel. Karena Telkomsel khawatir jika menggunakan metode direct, maka akan mengganggu layanan konsumennya.

Pendapat Telkomsel tidak mengubah pendirian XL untuk menggunakan metode direct, karena XL bisa lebih leluasa bergerak di 1.800 MHz meski sama-sama memiliki lebar pita 22,5 MHz layaknya Telkomsel. 

Hal ini disebabkan karena adanya tambahan 15 MHz dari yang sebelumnya hanya 7,5 MHz yang terbilang masih longgar, semenjak XL mengakuisisi Axis Telekomunikasi Indonesia.

Sudah menjadi rahasia umum jika spektrum 1.800 MHz yang mempunyai total lebar pita 75 MHz telah diisi dengan 180 juta pelanggan 2G dan terbilang aktif. Hingga saat ini spektrum tersebut masih ramai sebagai wadah untuk layanan telepon dasar dan pesan singkat SMS.

Advertisement


(brl/red)