Menjajaki peran 'malaikat' di balik geliat startup digital tanah air

Advertisement

Techno.id - Gaya hidup digital saat ini semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar. Kehadiran smartphone mengubah hidup tampak lebih mudah dan praktis. Smartphone tak hanya untuk berkomunikasi, tapi juga untuk jualan, belanja kebutuhan sehari-hari, ride sharing, hingga untuk kebutuhan dunia kerja.

Di Indonesia, mulai banyak perusahaan rintisan teknologi yang muncul dan populer dengan memanfaatkan teknologi mobile lewat aplikasi dan smartphone. Sebut saja Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka, sebagai perusahaan rintisan yang berevolusi menjadi perusahaan unicorn, karena memiliki nilai korporasi lebih dari Rp 1 triliun.

Di balik kesuksesan satu startup, tentu banyak faktor yang menyertainya. Yang pasti, tentu faktor pendiri/founder, investor, dan produknya sendiri. Satu startup belum tentu bisa berhasil, bahkan menjadi unicorn, tanpa dukungan investor awal, yang biasa disebut angel investor.

Bagaimanapun, angel investor jadi pihak paling awal yang percaya dan berani mengambil risiko terhadap satu konsep produk si startup, saat investor lain tidak berani. Tanpa memperhitungkan imbalan/return, angel investor berdiri paling depan bersama founder dengan keyakinan sama, plus risiko terbesar, untuk mengembangkan gagasan menjadi produk.

Andi S Boediman, Managing Partner Ideosource, berpendapat angel investor adalah entrepreneur yang berani mengambil risiko dengan berinvestasi di startup yang baru beroperasi atau fase awal. Angel investor biasanya memberikan modal, tapi bisa juga non-modal, ujar Andi, yang menjadi investor di Bhinneka.com.

Advertisement


(brl/red)