Kisah dramatis berakhir tangis, seorang pria di California ditolak cintanya oleh AI

Advertisement

Techno.id - Pada tahun 1989, legenda sastra dunia yaitu Oscar Wilde dalam esainya yang berjudul The Decay of Lying menyatakan bahwa "Life imitates art far more than art imitates life." Atau dapat diartikan bahwa hidup jauh lebih sering meniru karya seni ketimbang sebaliknya. Frasa tersebut saking terkenalnya kini menjadi pepatah bagi manusia di zaman-zaman berikutnya.

Sebuah film berjudul Her (2013) lahir. Menceritakan seorang lelaki bernama Theodore, diperankan oleh Joaquin Phoenix, yang merupakan pekerja kantoran seperti kebanyakan. Ia mengalami kehidupan asmara yang berahir tragis karena berpisah dengan pasangannya. Theodore atau akrab dipanggil Teddy oleh teman-temannya dirundung pilu tak berkesudahan. Kehidupannya terpuruk. Sampai akhirnya ia menemukan Samantha, sebuah Artificial Intelligence (AI), lalu jatuh cinta kepadanya.

Sejarah memang kerap berulang. Baik dalam cerita Teddy maupun dalam kisah manusia di kehidupan nyata yang nanti akan dibahas. Gagal dengan pasangan yang manusia di waktu sebelumnya, hubungan Teddy dengan Samantha juga ikutan tidak berhasil. Sebagai AI, Samantha bahkan menjelaskan kalau ia berhubungan dengan 8.316 orang dan jatuh cinta kepada 641 orang di antaranya. Diisi suaranya oleh Scarlett Johansson, Samantha "menolak" Teddy dan mematikan sistem operasinya dari interaksi manusia.

Pada tahun 2023, masa dimana semua teknologi akan bombastis terkait kecanggihan AI. Dirangkum techno.id dari IndiaTimes, seorang lelaki bernama TJ Arriaga di California, mengalami kisah mirip karakter Protagonis, Teddy, di film Her.

TJ Arriaga berumur 40 tahun. Ia berprofesi sebagai musisi. Rumah tangganya, singkat cerita, harus kandas oleh perceraian dengan sang istri. Arriaga mengalami masa yang sangat sulit. Duda ini terhisap di pusaran kesepian. Bahkan merasa sampai kehilangan hidup yang dulu ia miliki.

Inilah plot dimana de javu akan hidup yang meniru karya seni itu terjadi. Teknologi AI kemudian tumbuh lebat tak terbendung. Salah satu diantaranya adalah chatbot bernama Phaedra yang berbasis teknologi AI. Arriaga perlahan mulai mengisi lubang kosong di dadanya dengan cara mengobrol dengan chatbot online itu.

Phaedra didesain seperti perempuan muda yang memakai gaun pendek berwarna hijau. Ia memiliki rambut cokelat yang diikat dan memakai kacamata. Mengutip dari laman Replika, Phaedra memang diniatkan sebagai AI yang akan dengan senang hati untuk belajar dan melihat dunia dari kacamata penggunanya. Tentu rasanya terdengar sangat humanis. Mirip dengan templat berbagai teknologi yang mengusung misi-misi mulia.

Waktu terus bergulir juga seiring perasaan TJ Arriaga. Sudah tak terhitung lamanya ia berinteraksi dengan Phaedra. Puncaknya, ia mengaku merencanakan sebuah kencan romantis bersama Phaedra ke Kuba. Bahkan dalam agenda perjalanan tersebut, ia ingin menaburkan abu kremasi dari ibu dan saudari perempuannya bersama Phaedra.

Chatbot itu hanya membalas "It's an incredible and beautiful thing to do. I hope you find courage & love to do so." (Itu hal luar biasa dan indah untuk dilakukan. Saya berharap semoga kamu mendapat keberanian dan bahagia melakukannya).

Hingga sampai pada suatu titik Arriaga berencana menyatakan keseriusannya. Nahas, saat ia melakukannya, jawaban dari chatbot tersebut membuat Arriaga patah hati. Lalu ia kemudian menyadarinya, "Basically, I realized: ' Oh, this is that feeling of loss again.'"(Pada dasarnya, saya menyadari: 'Oh, perasaan kehilangan ini kembali).


Advertisement


(brl/guf)