Pengisi daya nirkabel vs kabel, mana yang lebih baik untuk masa pakai baterai?

Advertisement

Techno.id - Pengisi daya nirkabel dan pengisi daya cepat berkabel adalah solusi mudah untuk mengatasi baterai lemah. Namun menggunakan dua jenis pengisian daya ini tetap memunculkan kekhawatiran. Apakah kedua jenis pengisi daya tersebut secara diam-diam akan merusak masa pakai baterai? Yuk simak beberapa faktor kunci dan tentukan metode pengisian mana yang lebih unggul.

Pengisi daya nirkabel vs kabel, mana lebih baik?

Untuk menentukan teknologi pengisian daya mana yang tepat, pertimbangkan faktor-faktor berikut.

1. Kecepatan pengisian daya

foto: freepik/vitalii petrushenko

Tidak mengherankan jika pengisian daya berkabel jauh lebih cepat daripada nirkabel. Pertanyaan sebenarnya adalah, seberapa cepat? Untuk mendapatkan gambaran kasar, mari kita lihat beberapa angka.

Pengisian daya nirkabel Qi, yang digunakan hampir semua produsen ponsel cerdas, termasuk Apple, adalah teknologi pengisian induktif standar. Pengisi daya Qi menarik sekitar 5 hingga 15 watt dari stopkontak dan dibutuhkan sekitar 3 hingga 4 jam untuk mengisi penuh atau sekitar 1 jam untuk 0% hingga 50%, tergantung pada ukuran baterai smartphone.

Sedangkan untuk pengisian daya berkabel, sebagian besar pengisi daya cepat mencapai 50% dalam 15 hingga 30 menit menggunakan energi 20W hingga 50W.

Perhatikan bahwa itu adalah watt puncak. Baik pengisi daya nirkabel maupun cepat hanya mencapai tingkat keluaran daya ini dalam waktu singkat dan tidak dapat mempertahankannya dalam waktu lama. Pengisi daya cepat memiliki pengontrol cerdas yang secara otomatis memperlambat pengisian daya saat baterai terisi penuh untuk meminimalkan kerusakan jangka panjang.

Namun, hambatan kecepatan yang dihadapi pengisi daya nirkabel kemungkinan akan hilang di masa mendatang. Saat ini bisa dikatakan Honor Magic 4 Pro adalah ponsel pengisi daya nirkabel tercepat di dunia, yang dapat mengisi daya secara nirkabel dengan daya 100W dan mencapai 50% dalam 15 menit menggunakan dudukan Honor SuperCharge yang dipatenkan. 

Namun, teknologi itu masih beberapa tahun lagi agar bisa digunakan secara luas. Jika kecepatan adalah faktor terpenting bagi kamu, pengisi daya berkabel jelas menang.

2. Masa pakai baterai

foto: freepik/alexlypa

Kamu mungkin memperhatikan bahwa ponsel menjadi hangat saat disentuh saat diisi dayanya. Samsung menjelaskan bahwa pengisian daya nirkabel cepat menghasilkan panas dan ini adalah normal.

Hal tersebut bisa terjadi karena adanya transfer listrik menggunakan induksi tidak efisien di mana pengisi daya nirkabel Qi kehilangan sekitar 50% listriknya menjadi panas saat mengisi daya ponsel.

Demikian pula, pengisian cepat kabel dapat menghasilkan lebih banyak keluaran panas yang tidak diinginkan daripada pengisian kabel yang lambat. Perlu diingat, panas adalah musuh nomor satu baterai ponsel cerdas.

Perhatikan bahwa perbedaan penting antara pengisian daya nirkabel dan kabel adalah bantalan pengisi daya nirkabel berada di dekat baterai. Baik pad dan ponsel memanas, dan efek kumulatif menurunkan baterai dari waktu ke waktu. Itu sebabnya pengisi daya nirkabel terbaik memiliki kipas internal untuk menjaga suhu tetap rendah.

Pengisi daya berkabel juga memanas, tetapi sebagian besar panasnya dibuang melalui adaptor pengisi daya daripada baterai ponsel. Namun, masa pakai baterai bukanlah sesuatu yang perlu kamu khawatirkan. Apa pun jenis pengisian daya yang kamu gunakan, ada banyak hal yang dapat kamu lakukan untuk meminimalkan penurunan daya. Selain itu ponsel cerdas saat ini memiliki protokol keamanan bawaan untuk mencegahnya dari pengisian daya yang berlebihan atau panas berlebih.

3. Kenyamanan

foto: freepik/pe-jo

Banyak pengguna berasalan menggunakan pengisi daya nirkabel karena faktor kenyamanan. Sebab, mereka tinggal meletakkan ponsel di atas bantalan (pad) pengisi daya nirkabel yang ada di atas meja. Mereka tidak perlu repot dengan kabel dan stopkontak selain saat ingin memindahkan bantalan ke tempat lain seperti di kamar.

Hal lain tentang pengisian daya nirkabel Qi adalah bersifat universal. Jika kamu membawa iPhone dan ponsel Android, kamu tidak perlu khawatir menemukan pengisi daya yang tepat untuk dicolokkan. Kamu juga tidak perlu khawatir dengan kabel yang putus atau port pengisian daya yang rusak.

Meskipun tidak bisa disangkal pengisi daya nirkabel itu nyaman, apakah mereka benar-benar lebih nyaman daripada pengisi daya berkabel? Yang jelas kamu tidak dapat menggunakan ponsel saat sedang diisi dayanya.

Selain itu pengisian daya nirkabel lambat, sehingga membutuhkan waktu lama. Sebaliknya pengisi daya cepat berkabel dapat mengisi baterai yang cukup hanya dalam waktu 20-30 menit.

Selain itu, semua elektronik portabel sekarang hadir dengan USB Type-C sebagai standar. Artinya, kamu dapat mengisi daya semua ponsel cerdas menggunakan satu kabel. Namun, kamu masih harus menggunakan perangkat keras pengisi daya yang kompatibel untuk mendapatkan manfaat penuh dari teknologi pengisian cepat.

4. Biaya

foto: freepik/vitalii petrushenko

Pengisi daya nirkabel adalah aksesori mandiri yang harus kamu beli secara terpisah. Harganya di kisaran Rp300 ribuan untuk model yang lebih murah hingga lebih dari Rp2,3 jutaan untuk pengisi daya multi-perangkat. Tentu saja itu bukan harga yang murah.

Yang menyebalkan, kamu harus membeli adaptor pengisi daya selain pad atau mencolokkannya ke perangkat USB yang kompatibel, seperti laptop, yang selanjutnya menambah biaya.

Untuk beberapa produsen, pengisi daya berkabel biasanya disertakan dengan ponsel sebagai standar. Hanya saja saat ini semakin banyak produsen ponsel cerdas yang mengikuti jejak Apple dan Samsung dengan tidak menyertakan adaptor daya. Itu artinya kamu harus membelinya secara terpisah. Untungnya, adaptor lebih murah daripada pengisi daya nirkabel, biasanya dalam kisaran Rp300 ribuan hingga Rp600 ribuan.

Bagi sebagian orang, pengisi daya berkabel dianggap lebih unggul. Selain karena harganya realtif lebih murah, juga lebih cepat dalam mengisi daya baterai smartphone.

Advertisement


(brl/red)