Mengapa Indosat tidak terlalu getol dengan layanan 4G LTE?

Mengapa Indosat tidak terlalu getol dengan layanan 4G LTE?

Techno.id - Hari Selasa kemarin (17/11), proses penataan (refarming) jaringan 4G LTE di frekuensi 1.800 MHz akhirnya tuntas secara nasional. Proses ini pun telah melibatkan sebanyak empat operator telekomunikasi Indonesia dan dimulai sejak bulan April lalu.

Kawasan strategis seperti Jabodetabek adalah salah satu wilayah yang juga tak luput dari proses refarming. Mengingat besarnya potensi yang dimiliki, salah satu operator yakni XL pun langsung resmi mengomersialisasikan 4G LTE miliknya di hari yang sama.

Pertanyaannya, mengapa operator besar seperti PT Indosat Tbk dengan jumlah pelanggan nasional sekitar 68 jutaan ini tidak berbuat sama seperti PT XL Axiata Tbk? Bahkan, anak usaha dari Ooredoo Group asal Qatar ini justru cenderung lebih menahan diri.

Berikut pandangan dan strategi perseroan Alexander Rusli selaku CEO Indosat di layanan 4G, proyek balon Google, kasus IM2, akuisisi dan lain-lain kepada M Syakur Usman, Fauzan Jamaludin, dan M Luthfi Rahman dari KapanLagi Network (KLN) di kantornya pekan lalu.

Refarming di 1.800 MHz segera selesai, bagaimana rencana Indosat mengomersialkan layanan 4G di kota-kota besar di Pulau Jawa?

Kami akan launch segera, tapi tahun ini penguna layanan 4G-LTE tidak akan banyak. Yang punya handset 4G tidak banyak dalam skala Indonesia hingga akhir tahun ini. Ini bagian dari strategi. Saat layanan 3G diluncurkan, berapa lama adopsinya?

Sekarang dari sisi teknologinya, loncatan 4G dari 3G tidak terlalu jauh. Artinya dari broadband ke broadband juga. Jadi dalam sudut pandang development, kami lihat bukan sebagai sesuatu yang baru. Jadi biasa saja. Hanya mekanisme untuk deliver data lebih cepat.

Maka itu Indosat kelihatan kurang agresif meluncurkan layanan 4G?

Kami akan besar-besaran luncurkan layanan 4G, tapi nanti sekaligus saja. Kami tidak buru-buru. Karena di launching duluan juga tidak bikin orang beli handset 4G lebih cepat, atau buru-buru pindah handset 4G. Jadi strategi kami, kami tunggu refarming selesai seluruhnya. Setelah itu, kami akan launch di banyak kota di Pulau Jawa dan luar Jawa. Langsung saja, sekaligus.

Kapan itu?

Akhir November ini, kami tinggal cari tanggal saja. Lagi di-inline dengan rencana pemerintah yang ingin membuat launching bersama layanan 4G-LTE.

Bagi pemerintah, layanan 4G simbolik bahwa Indonesia masuk ke dunia ekonomi kreatif. 4G adalah infrastruktur ekonomi kreatif. Rencananya Presiden Jokowi akan resmikan 4G secara nasional, bersama dengan ekosistem lokalnya termasuk aplikasi atau over the top (OTT) lokal. Jadi bakal ada aplikasi baru yang diperkenalkan untuk mendukung ekosistem 4G ini.

Jadi tujuan pemerintah lain dengan operator terkait 4G. Bagi operator, ini mekanisme untuk kirim data lebih cepat saja. Sedangkan pemerintah untuk dorong ekonomi kreatif.

Jadi seperti apa strategi Indosat di layanan 4G?

Saya janji, saat launch nanti, kami akan masif. Kami melihat tidak perlu leading di layanan 4G, tapi leading di layanan deliver data ke pelanggan. Karena mengikuti teknologi seluler tidak akan ada selesainya. Sekarang 4G, lalu 5G, sampai kapan? Konsumen tidak mau itu, Konsumen mau pakai aplikasi yang dibutuhkan. Kapan dibutuhkan aplikasi selulernya, bisa dipakai.

Aplikasi-aplikasi yang menarik bagi operator adalah seperti Go-Jek dan internet banking. Konsumen menggunakan aplikasi yang very sticky pemakaiannya, kayak Go-Jek dan internet banking. Karena ada pulsa atau tidak ada pulsa, aplikasi itu akan tetap dipakai.

Kemudian dari sisi load networks-nya juga tidak terlalu besar. Kita butuh aplikasi seperti itu. Aplikasi yang relevan dengan kehidupan yang dipakai sehari-hari. Aplikasi sosial media akan banyak, tapi tidak dominan. Contoh di Amerika Serikat, orang setiap hari pakai Facebook dan Twitter. Tapi yang dipakai keseharian lebih banyak adalah aplikasi seperti aplikasi in-health mereka. Itu dipakai lebih banyak sehari-hari.

Nah, ini yang masih kurang di sini, aplikasi yang lebih lokal. Applikasi Go-Jek adalah contoh aplikasi yang sangat lokal relevansinya, yang tidak bisa digunakan di tempat lain.

Proyeksi Anda terhadap tingkat adopsi smartphone 4G di 2016?

Yang pindah ke 4G adalah the high-end user. Pertama, high-end user, mereka adopsi 4G pertama. Konsumen ini akan maksa beli smartphone 4G karena mampu dan suka. Tapi jumlahnya tidak besar. Kedua, harga jual smartphone 4G dan 3G relatif sama saat ini. Jadi orang akan banyak pindah dari 2G ke 4G, atau mereka tidak akan beli smartphone only 3G support.

Kami sedang tunggu riset GfK tentang jumlahnya. Tapi tahun lalu, smartphone dijual lebih banyak dari feature phone, yakni sekitar 60 persen. Jumlah ini akan lebih besar lagi, sehingga adopsi 4G akan lebih cepat daripada 3G. Sejak dikomersialkan pada 2005-2006, adopsi layanan 3G baru 30 persen. Tapi kini 4G, akan lebih cepat, saya perkirakan hanya butuh waktu 3-4 tahun.

Tahun ini saya prediksi penjualan smartphone mencapai 65 hingga 70 persen, sebagian besar smartphone 4G. Tahun depan, ekonomi lebih susah, diperkirakan penjualan handset mencapai 55 juta unit.

Bagaimana dengan potret industri telekomunikasi 2016?

Industri telekomunikasi di 2016 akan lebih sehat, karena jumlah pengguna smartphone lebih banyak. Itu pendorongnya. Pengguna aplikasi lokal juga lebih banyak. Dengan ekosistem lebih terpenuhi, lebih bagus profitabilitas bagi operator.

Saat ini profitabilitas layanan data lebih rendah dari layanan suara dan pesan singkat (SMS), karena mayoritas trafik masih untuk layanan 2G. Namun kalau nanti sudah 4G, akan profit. Sebab kemampuan operator jual 1 detik cuma berapa kilobyte (KB). Tapi zaman 4G, 1 detik akan jual lebih banyak KB. Sementara cost jaringan 1 detik atau 1 menit kan sama. Jadi lebih untung ke depan bagi operator.

(brl/red)