Menelusuri tiga tantangan utama pengembangan e-commerce di Indonesia

Menelusuri tiga tantangan utama pengembangan e-commerce di Indonesia

Techno.id - Tak usah meragukan lagi geliat sektor e-commerce Indonesia saat ini. Sebab, mencari fakta untuk membuktikan anggapan itu cukup mudah. Contoh termutakhir, antusiasme yang menyelimuti Hari Belanja Online Nasional yang dimulai pada 11 November kemarin begitu tinggi. Marketplace anyar seperti JD.id bahkan berhasil mencatat rekor penjualan yang sangat memuaskandan tak kalah dengan yang berpengalaman seperti Lazada.co.id.

Namun di samping itu, perjalanan yang wajib ditempuh e-commerce Tanah Air agar terus berkembang ke depannya masih sangat panjang. Ada banyak rintangan yang perlu dilewati. Setidaknya, Jana, developer mCent dan pengamat pasar TI, menemukan tiga poin penting soal tantangan sekaligus keunikan market e-commerce Indonesia:

1. Konsumen mobile adalah rajanya raja

Pelaku e-commerce Tanah Air perlu menyempurnakan platformnya untuk perangkat seluler terlebih dahulu. Pasalnya, adopsi konsumen di Indonesia yang nomor satu masih handset, bukannya desktop, apalagi konsumen di luar kota besar Indonesia.

Jana mencatat ada beberapa marketplace yang sudah menerapkan prinsip ini dengan baik, seperti Zalora dan BliBli. Mereka menyediakan sebuah aplikasi mobile yang mencakup semua aktivitas yang dibutuhkan user untuk belanja, mulai dari pencarian hingga shipping.

2. Opsi pembayaran terbatas

Menyambung poin sebelumnya, metode pembayaran adalah halangan yang perlu diwaspadai pelaku e-commerce. Sebab, meski lebih doyan berbelanja lewat smartphone, pemilik kartu kredit di Indonesia sangat kecil, dengan penetrasi kurang dari 5 persen dan tidak berubah dalam tujuh tahun terakhir.

Di samping itu, pemilik rekening bank juga masih ada di kisaran 20 persen. Tak ayal, tumpuan utama transaksi e-commerce secara nasional sekarang ialah transfer bank, walaupun kans pembatalannya juga tinggi.

(brl/red)