Startup Sprint umumkan sepuluh startup terbaik

Startup Sprint umumkan sepuluh startup terbaik

Techno.id - Pertumbuhan infrastruktur internet di Indonesia memberi peluang bagi perusahaan rintisan berbasis teknologi lokal untuk mendapat tempat di pasar nasional dan internasional. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, dengan populasi lebih dari tiga juta penduduk yang sebagian besar adalah anak muda, Surabaya merupakan tempat yang tepat untuk mengembangkan perusahaan rintisan teknologi berbasis internet.

Startup Sprint, kompetisi bagi perusahaan rintisan berbasis teknologi di Surabaya yang menciptakan solusi bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia, saat ini telah memasuki tahap kedua. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Start Surabaya dan PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK) ini, awalnya menyeleksi 103 pendaftar menjadi 25 peserta yang kemudian mengikuti rangkaian bootcamp dan diwajibkan untuk mengembangkan produknya di Forward Factory sampai tanggal 5 November 2015. Saat ini, telah terpilih 10 tim terbaik yang masing-masing diberikan pendanaan sebesar 25 juta rupiah untuk melanjutkan perjuangannya.

Adapun sepuluh startup terpilih yaitu Avnue, Bantu Temuin, CraftinCraft Media, Masaku, Kingdorm, Banku, Pocket Money, Reblood, Riliv, dan Foodsessive. Sepuluh tim terbaik terpilih akan tetap berkegiatan di Forward Factory selama satu bulan ke depan, dan 3 tim terbaik nantinya akan mendapatkan pendanaan masing-masing sebesar 50 juta rupiah. Pemenang utama juga akan mendapatkan hadiah berupa perjalanan ke Silicon Valley untuk berkunjung dan bertukar pengalaman dengan para pelaku industri teknologi kelas dunia.

Yansen Kamto, Chief Executive KIBAR, selaku salah satu inisiator Start Surabaya menuturkan bahwa Startup Sprint dilaksanakan sebagai tahap lanjutan untuk mendorong berkembangnya ekosistem startup teknologi di Surabaya, setelah sebelumnya Start Surabaya berhasil menjalankan coworking space, program mentoring, dan sesi networking sejak Januari 2015.

Pihaknya menyadari bahwa membangun ekosistem dan mendorong terciptanya entrepreneur tidak bisa terjadi dalam waktu semalam. Ekosistem di Silicon Valley sudah mulai dibangun sejak tahun 1960-an, sehingga mereka sudah siap memanen hasilnya sekarang. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan di industri teknologi di Indonesia harus berani terjun dan membangun dari bawah.

Kita tidak bisa berharap akan muncul generasi entrepreneur secara organik, tanpa pembinaan dan pembibitan sejak dini. Melalui program Start Surabaya, kami sudah menginkubasi ratusan anak muda yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk menjadi entrepreneur melalui berbagai pelatihan, meetup, hingga konsultasi dengan mentor," imbuh Yansen.

(brl/red)