Hobi ngeluh di Facebook dan Twitter? Yuk pindah ke Bulp

Hobi ngeluh di Facebook dan Twitter? Yuk pindah ke Bulp

Techno.id - Berkomentar dan berdiskusi jadi salah satu aktivitas yang sering dilakukan pengguna internet di Indonesia. Sosial media selama ini dimanfaatkan sebagai lahan melontarkan komentar, diskusi maupun keluhan atas layanan dan produk yang digunakan netizen Indonesia.

Tidak adanya wadah khusus yang siap menampung komentar dan berbagai tanggapan dari masyarakat menyebabkan masyarakat secara liar menumpahkan perasaannya, termasuk sosial media. Sebuah aplikasi asal Indonesia bernama Bulp kemudian lahir demi menjawab kebutuhan masyarakat itu.

Para pendirinya menempatkan Bulp sebagai aplikasi Customer Relations Management untuk menjembatani perusahaan dan masyarakat. Aplikasi penyampai aspirasi yang diklaim pertama di Indonesia ini diharapkan bisa bekerja secara komprehensif dan kolaboratif bagi kedua belah pihak.

Hobi ngeluh di Facebook dan Twitter? Yuk pindah ke Bulp

Menurut riset yang dilakukan Avaya Indonesia tahun 2015, 5 dari 6 orang Indonesia selalu merasa tidak puas dengan pelayanan perusahaan. Sedangkan hasil riset Gudpoin tahun 2014 membuktikan 96 persen dari pelanggan yang tidak puas enggan menyampaikan keluhannya. Ini berpotensi merugikan perusahaan karena tidak bisa mendengan aspirasi masyarakat, papar Arie Nasution, CEO Bulp.

Arie melanjutkan bahwa perusahaannya menghadirkan Bulp untuk menjadi solusi masyarakat menyampaikan aspirasi yang menyeluruh dengan mudah. Tak hanya keluhan, Bulp disebutkan juga bisa menampung saran, permintaan hingga pujian yang ditujukan bagi pengembangan pelayanan dan tentunya mendapat respon dari perusahaan terkait.

Tak hanya sekedar menampung aspirasi, Bulp disebutkan bakalan memberikan status aspirasi yang sudah disampaikan penggunanya. Seperti disampaikan Arie saat ditemui tim Techno.id, ada lima status sebagai fitur pemantauan dari aspirasi yang sudah disampaikan lewat Bulp yakni pending, rejected, approved, delivered dan responded.

Kita akan seleksi juga aspirasi yang masuk, kalau tidak pantas tentu akan kita tolak. Tapi kita harapkan semua aspirasi yang masuk bisa disampaikan ke perusahaan, status yang kita tampilkan bisa dipantau pengguna sudah sampai mana proses aspirasi yang disampaikannya untuk perusahaan terkait dan mendorong perusahaan supaya bisa lebih aktif merespon aspirasi pelanggannya, tambah Arie.

Kemudahan yang dihadirkan Bulp dalam menampung aspirasi diharpakan bisa mendorong masyarakat melakukan kontrol sosial dengan aspiratif pada layanan yang digunakannya. Perusahaan swasta perlu mendapat aspirasi dari masyarakat supaya bisa meningkatkan kualitas layanan yang disediakannya. Di situlah perlu peran Bulp, tandas Arie.

Dibuat sejak awal tahun 2015, Bulp mengaku telah dipakai sekitar 2.000 pengguna perangkat Android dengan total aspirasi sebanyak 9.000. Dalam waktu dekat, Bulp bakalan hadir bagi pengguna perangkat iOS dan versi website agar bisa diakses oleh pengguna internet melalui berbagai perangkat.

(brl/red)