Boleh melihat fenomena Gerhana Matahari Total, asal...

Boleh melihat fenomena Gerhana Matahari Total, asal...

Techno.id - Fenomena langka Gerhana Matahari Total bakal menghampiri sebagian besar wilayah Indonesia besok, 9 Maret 2016. Kehadiran fenomena langka ini tentunya membuat siapa saja penasaran, termasuk masyarakat yang wilayahnya dilewati fenomena yang kali terakhir menghampiri Indonesia pada tahun 1995 tersebut.

Menanggapi fenomena penasaran warga masyarakat akan gerhana matahari ini, Bintoro Anang Subagyo, salah satu pakar astronomi dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengungkapkan beberapa fakta yang perlu diketahui masyarakat. Seperti dilansir oleh Antara (7/3/16), Bintoro mengungkapkan jika fenomena Gerhana Matahari memang berbahaya jika diamati secara langsung tapi bukan berarti masyarakat tak bisa mengamati fenomena yang diperkirakan akan kembali terjadi pada bulan Agustus di wilayah Amerika Utara ini.

Untuk itu, Bintoro memberikan beberapa cara aman yang bisa dilakukan untuk mengamati fenomena tertutupnya matahari oleh bulan tersebut. Yang pertama, Bintoro mengungkapkan jika masyarakat bisa saja mengamati matahari saat terjadinya gerhana asalkan menggunakan alat bantu khusus seperti kacamata ultraviolet yang bisa dibeli di beberapa toko dengan harga dikisaran Rp30.000 sampai Rp50.000.

Tak hanya itu, untuk mengamati fenomena gerhana matahari secara langsung masyarakat juga bisa membuat pinhole yang terbuat dari kertas karton atau kardus yang ditempeli aluminium foil. Tentunya pinhole tersebut juga perlu diberi lubang kecil khusus.

"Lubang tersebut berfungsi menangkap sinar matahari untuk kemudian diproyeksikan pada kertas putih untuk pengamatan," ujar Bintoro.

Bintoro juga mengungkapkan bahwa selama terjadinya gerhana, masyarakat dihimbau untuk tidak mengamati secara langsung matahari, kecuali posisi matahari, bumi, dan bulan sudah benar-benar sejajar. Hal ini dikarenakan saat matahari, bumi, dan bulan sudah tak lagi pada posisi sejajar maka intensitas cahaya yang tinggi akan mengganggu pupil mata yang belum siap menerima begitu banyak cahaya pasca suasana gelap yang terjadi.

"Kalau saat matahari tertutup total tidak masalah, tapi kalai matahari muncul kembali dengan intensitas cahaya yang tinggi dan pupil mata kita tidak siap, itu yang bahaya," tutur dosen Fisika FMIPA ITS tersebut.

Tak ketinggalan, Bintoro juga memperingatkan supaya masyarakat tak langsung mengamati matahari saat terjadinya gerhana dengan hanya menggunakan kacamata hitam. Pasalnya, kacamata hitam tak mampu mereduksi cahaya matahari hingga 10.000 kali sehingga bisa dipastikan jika mata tak siap saat mengamati cahaya matahari maka bisa jadi mata akan mengalami kebutaan.

Perlu Anda ketahui, gerhana matahari total besok tak akan melewati seluruh wilayah Indonesia. Hanya beberapa wilayah yang disambangi oleh fenomena langka ini, antara lain Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan beberapa wilayah lainnya yang bisa Anda lihat jadwal lengkapnya disini.

(brl/red)